IDXChannel – Konglomerat Tanah Air menguasai berbagai saham emiten raksasa dalam negeri dengan kinerja yang ciamik. Adapun dari deretan emiten tersebut, terdapat sejumlah emiten yang memiliki valuasi saham yang masih murah.
Berdasarkan riset Tim Riset IDX Channel, sebagaimana dilaporkan dalam Bursa Efek Indonesia (BEI), PT Adaro Indonesia Tbk (ADRO) menjadi emiten konglomerat dengan valuasi saham termurah.
Adapun price earning ratio (PER) dari emiten ini hanya sebesar 3,60 kali. Sedangkan dari rasio price to book value (PBV) ADRO sebesar 1,70 kali.
PER merupakan rasio yang digunakan untuk menilai mahal murahnya saham berdasarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih per saham. Sedangkan PBV digunakan untuk membandingkan harga saham terhadap nilai buku perusahaan.
Umumnya, angka PER dan PBV di bawah 1 kali menunjukkan valuasi suatu saham murah (undervalued).
Sementara dari kinerja sahamnya, ADRO masih mencatatkan pertumbuhan saham yang melesat hingga 79,56 persen secara year to date (YTD).
Asal tahu saja, ADRO merupakan salah satu emiten batu bara yang sahamnya dikoleksi oleh Garibaldi 'Boy’ Thohir, kakak kandung Menteri BUMN Erick Thohir yang menduduki peringkat ke-17 orang terkaya di RI pada 2021 berkat penguasaan saham di emiten tambang.
Emiten konglomerat lainnya yang valuasinya masih murah yakni PT MNC Energy Investments Tbk (IATA). Emiten milik MNC Group yang dikendalikan oleh Hary Tanoesoedibjo tersebut memiliki PER sebesar 3,85 kali dan rasio PBV di angka minus 1,18 kali.(Lihat tabel di bawah ini.)
Sedangkan BEI mencatat, per penutupan Selasa (6/9), kinerja saham dari emiten batu bara dan migas ini secara YTD terbang hingga 143,08 persen.
Menyusul kedua saham dengan valuasi termurah, emiten batu bara milik konglomerat lainnya dengan valuasi yang murah adalah PT Bumi Resources Tbk (BUMI) dan PT Golden Eagle Energy Tbk (SMMT).
Emiten milik Grup Bakrie, BUMI, memiliki nilai PER dan PBV masing-masing sebesar 5,78 kali dan minus 5,85 kali. Sementara performa saham dari emiten batu bara ini terbang hingga 222,39 persen sepanjang 2022.
Sementara emiten tambang lainnya, SMMT milik Grup Rajawali PER-nya 6,79 kali. Sedangkan PBVnya mencapai 2,56 kali. Dilihat dari kinerja sahamnya, secara YTD harga saham SMMT sudah terbang hingga 328,22 persen.
SMMT merupakan emiten batu bara yang dikuasai oleh Peter Sondakh yang merupakan orang terkaya ke 18 di Tanah Air menurut Forbes pada 2021.
Secara umum, rasio PER dan PBV yang lebih rendah dibandingkan historis dan industri menunjukkan suatu saham memiliki valuasi lebih murah (undervalued). Adapun rasio dari emiten-emiten batu bara ini masih berada di bawah rata-rata industri, yaitu 2,36 kali.
Di samping saham batu bara, konglomerat Tanah Air juga memiliki emiten di sektor lain yang valuasi sahamnya masih tergolong murah.
Duo emiten milik Grup Astra, yaitu PT United Tractors Tbk (UNTR) dan PT Astra International Tbk (ASII) memiliki nilai PER yang masih murah dibanding emiten konglomerat lainnya yaitu masing-masing sebesar 6,39 kali dan 7,69 kali.