IDXChannel – Saham emiten produsen jamu dan obat herbal modern PT Industri Jamu Dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) mengalami pekan yang sulit. Ini karena kenaikan selama setahun nyaris terhapus hanya dalam sepekan setelah membukukan penurunan kinerja.
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham SIDO turun 1,30% ke Rp760/saham pada penutupan perdagangan Jumat (5/8/2022).
Pekan ini, saham SIDO 4 kali ditutup memerah dan hanya sekali menguat tipis (0.65% pada Kamis).
Hal itu terjadi setelah saham SIDO tiga kali beruntun jatuh hingga batas auto rejection bawah (ARB) 7%--yang disertai volume yang besar--dimulai dari Jumat pekan lalu (29/7) hingga Selasa (2/8) lalu.
Investor beramai-ramai melego saham SIDO SIDO usai rilis laporan keuangan semester I yang tidak memuaskan.
Praktis, dalam sepekan saham SIDO sudah ambles 16,02% dan dalam sebulan anjlok 21,65%. Sementara, sejak awal tahun (ytd), saham ini turun 12,14%.
Sebelum mulai merosot pada Kamis (28/7), saham SIDO masih dalam tren kenaikan, berada di harga Rp975/saham pada penutupan Rabu pekan lalu (27/7). Di harga Rp975/saham tersebut, saham SIDO masih naik 12,7% ytd dan melesat 28% dalam kurun setahun.
Kemudian, setelah mengalami ARB ‘berjilid-jilid’, tren kenaikan tersebut ‘patah’ dan nyaris menyapu keuntungan potensial (potential gain) yang telah dipupuk dalam setahun terakhir.
Saat ini, per Jumat (5/8), saham SIDO hanya tumbuh tipis 0,76% dalam kurun setahun belakangan. (Lihat tabel di bawah ini.)
Sumber: Investing.com
Menilik Fundamental SIDO
Sebelumnya, pada Jumat pekan lalu (29/7), SIDO merilis laporan keuangan di website BEI dengan mencatatkan penurunan laba bersih 11,24% secara tahunan (yoy) menjadi Rp445,60 miliar sepanjang semester I 2022.
Laba bersih SIDO sepanjang 6 bulan pertama tahun ini lebih rendah dari laba bersih semester I 2021 yang mencapai Rp502 miliar.
Penurunan laba bersih tersebut seiring pendapatan bersih SIDO turun 2,58% secara yoy dari Rp1,65 triliun pada akhir semester I tahun lalu menjadi Rp1,61 triliun pada periode yang sama tahun ini.
Rinciannya, penjualan jamu herbal dan suplemen turun menjadi Rp988,73 miliar dari semester I 2021 sebesar Rp1,06 triliun. Tak pelak lagi, penurunan segmen jamu dan suplemen ini berimbas terhadap bottom line perusahaan.
Sementara, segmen penjualan makanan dan minuman tumbuh dari Rp526,23 miliar dari semester I 2021 menjadi Rp544,82 miliar.
Adapun, penjualan produk farmasi sebesar Rp78,55 miliar sepanjang paruh pertama tahun ini.
Seiring penurunan pendapatan bersih perusahaan, beban pokok penjualan SIDO membengkak 4,54% yoy menjadi Rp757,61 miliar per semester I 2022.
Total aset SIDO juga tercatat turun 12,07% menjadi Rp3,58 triliun per 30 Juni 2022 dari posisi 31 Desember 2021 sebesar Rp4,07 triliun. Ini terjadi seiring penurunan liabilitas 43,59% menjadi Rp337,19 miliar dan penurunan ekuitas 6,64% menjadi Rp3,24 triliun per 30 Juni 2022.
Dalam penjelasan di keterangan tertulis kepada bursa, manajemen SIDO menjelaskan penurunan total liabilitas atau kewajiban secara signifikan tersebut dikontribusikan oleh penurunan utang pajak hingga 86,3% per 30 Juni 2022 dari posisi 31 Desember tahun lalu.
Selain utang pajak, terjadi pula penurunan beban akrual sebesar 64,7% dibandingkan akhir tahun lalu.
Penurunan liabilitas tersebut tentu memberikan sedikit kabar baik buat investor di tengah tertekannya pos laba perusahaan.
Sebagai gambaran, secara rasio solvabilitas, total liabilitas dibandingkan dengan total ekuitas SIDO hanya sebesar 0,10, jauh lebih kecil dari industri 0,72 kali.
Selain itu, SIDO juga tidak memiliki utang bank per 30 Juni 2022.
Valuasi Saham SIDO
Berdasarkan rasio harga saham dibandingkan dengan laba (per saham) SIDO alias price-earnings ratio (PER), saham SIDO saat ini mencatatkan PER 25,58 kali.
Angka tersebut lebih tinggi tinimbang PER industri 14,34 kali.
Sementara, rasio price book value (PBV)--yang membandingkan harga saham terhadap nilai bukunya—SIDO berada di angka 7,04 kali atau jauh lebih tinggi daripada rerata PBV industri (2,38 kali). (ADF)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.