IDXChannel – Saham perbankan Tanah Air mulai menarik di kalangan investor asing. Tercatat, sepekan lalu investor asing melakukan pembelian bersih atau net buy terhadap emiten bank terbesar di Indonesia.
Dalam kurun waktu tersebut, berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat (12/8), investor asing sudah melakukan net buy di PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar Rp1,23 triliun.
Sementara bank lain yang turut dibeli asing adalah PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) masing-masing sebesar Rp612,38 miliar dan Rp218,91 miliar di pasar reguler.
Aksi net buy tersebut tentunya berpengaruh terhadap pergerakan harga saham emiten bank tersebut. Berdasarkan data BEI pada Selasa (16/08) di perdagangan sesi I, saham BMRI sudah naik hingga 1,18 persen selama sepekan.
Sedangkan BBCA juga mencatatan kenaikan harga saham selama sepekan di angka 0,32 persen. menyusul BBCA dan BMRI, saham BBNI juga ikut naik sebesar 0,89 persen sepanjang pekan ini.
Meskipun saham emiten bank terbesar di Tanah Air mulai dibeli asing, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) mencatatkan penjualan bersih atau net sell oleh asing sebesar Rp1,2 triliun di pasar reguler.
Walaupun memang, asing tetap melakukan net buy di emiten ini selama tiga hari dengan jumlah terbesar mencapai Rp12,82 miliar.
Aksi jual bersih yang dilakukan asing bisa jadi berkontribusi dalam turunnya saham BBRI selama sepekan. Sebagaimana dilansir dari BEI, Selasa (16/8) pada perdagangan sesi I, saham BBRI terkontraksi hingga minus 2,49 persen dalam sepekan.
Bila dilihat dari price to book valuenya (PBV), saham perbankan Tanah Air masih tergolong murah. Adapun BEI per Selasa (16/8) mencatat, rasio PBV BBNI masih di kisaran 1,26 kali. Dibanding saham big four perbankan lainnya, BBNI menjadi saham yang valuasinya paling murah.
Informasi saja, PBV merupakan rasio harga saham terhadap nilai buku perusahaan. Rasio ini digunakan investor untuk menganalisis harga suatu saham apakah murah atau mahal. Adapun harga saham perbankan tergolong murah bila rasio PBVnya berada di bawah rasio industri yakni 1,94 kali.
Sementara PBV BMRI juga tak jauh berbeda dengan BBNI, yakni rasionya mencapai 1,96 kali. Sedangkan rasio PBV BBRI berada di kisaran 2,31 kali. Adapun BBCA menjadi emiten big four bank yang paling mahal PBVnya dengan rasio mencapai 4,80 kali. (Lihat grafik di bawah.)
Saham Big Caps Masih ‘Moncer’ Tahun Ini
Meski pertumbuhan saham raksasa perbankan Tanah Air selama sepekan tak begitu signifikan, performa saham emiten ini dalam sepanjang 2022 masih tergolong ‘moncer’.
BBNI misalnya, kinerja sahamnya selama year to date (YTD) melesat hingga 26,30 persen, sebagaimana dilansir dari data BEI pada Selasa (16/8). Melesatnya saham BBNI sejalan dengan laba bersih emiten di semester I-2022 yang tumbuh 75,13 persen dibanding tahun lalu.
Di periode ini, BBNI mampu membukukan laba bersih sebesar Rp8,80 triliun. Sementara pendapatan bunga bersih emiten ini mencapai Rp25,53 triliun atau naik 0,93 persen secara year on year (yoy).
Selain BBNI, saham perbankan lainnya yang terkerek secara YTD adalah BMRI, yaitu sebesar 22,06 persen.
Adapun berdasarkan laporan keuangan emiten, pendapatan bunga bersih BMRI di semester I-2022 mencapai Rp41,83 triliun atau tumbuh 18,99 persen secara yoy. Sementara laba bersihnya tumbuh 61,66 persen menjadi Rp20,21 triliun.
Bank lainnya yaitu BBCA dan BBRI juga mencatatkan pertumbuhan positif kinerja saham secara YTD, yakni masing-masing 8,56 persen dan 4,62 persen. Tumbuhnya saham kedua emiten bank ini diiringi dengan meningkatnya kinerja keuangan perusahaan.
Sebut saja BBCA yang pendapatan bunga bersihnya meningkat hingga 5,49 persen secara yoy menjadi Rp29,67 triliun di semester I-2022. Sementara laba bersihnya juga meningkat hingga 12,23 persen menjadi Rp15,07 triliun.
Walaupun BBRI menjadi emiten big caps perbankan dengan pertumbuhan harga saham paling rendah, pertumbuhan laba bersih emiten ini menjadi paling ‘moncer’ di antara emiten bank lainnya.
Pada semester I tahun ini, BBRI membukukan laba bersih sebesar Rp24,79 triliun atau melambung hingga 98,72 persen. Sementara pendapatan bunga bersihnya juga melesat sebesar 17,56 persen menjadi Rp64,61 triliun.
Melesatnya pendapatan bersih BBRI salah satunya disumbang oleh sektor pendapatan murabahah dari pendapatan syariah yang meroket hingga 27.120,46 persen secara yoy.
Di semester I-2021, pendapatan segmen ini hanya sebesar Rp11,78 miliar kemudian melejit menjadi Rp3,21 triliun di semester I tahun ini. (ADF)
Periset: Melati Kristina
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.