sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Balada BUMN Karya, Utang Jumbo hingga Eksposur ke Bank Pelat Merah

Market news editor Melati Kristina - Riset
27/02/2023 06:30 WIB
Waskita Karya (WSKT) bersama emiten BUMN Karya lainnya tengah menanggung utang jumbo termasuk utang bank dengan sejumlah bank milik negara.
Balada BUMN Karya, Utang Jumbo hingga Eksposur ke Bank Pelat Merah. (Foto: Waskita Karya)
Balada BUMN Karya, Utang Jumbo hingga Eksposur ke Bank Pelat Merah. (Foto: Waskita Karya)

IDXChannel – Emiten BUMN Karya sedang menanggung utang jumbo di era pembangunan infrastruktur yang masif di era pemerintahan Presiden Joko Widodo. Di samping itu, sejumlah bank milik negara memberikan pinjaman hingga triliunan rupiah untuk emiten-emiten ini.

Tercatat, PT Waskita Karya Tbk (WSKT) bersama dengan perusahaan BUMN karya lainnya tengah mengalami lonjakan utang setelah terlibat pembangunan infrastruktur dalam negeri.

Menurut amatan Bloomberg, utang BUMN Karya termasuk WSKT sudah melambung lebih dari 12 kali lipat menjadi Rp130 triliun semenjak ikut dalam proyek pembangunan pemerintah.

Melonjaknya utang WSKT menyebabkan perusahaan ini menjalani proses penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU).

Di awal 2023, WSKT sempat menjalani persidangan terkait PKPU dengan perusahaan pelaksanaan konstruksi CV Bandar Agung Abadi pada Januari lalu.

Menurut keterangan perusahaan, CV Bandar Agung Abadi menggugat WSKT atas permohonan PKPU terkait permintaan pelunasan utang senilai Rp2,03 miliar.

Informasi saja, CV Bandar Agung Abadi merupakan salah satu vedor pengerjaan tanah pada proyek pengerjaan jalan tol Kayu Agung, Palembang. Adapun, perusahaan ini mengerjakan proyek di Betung paket II Seksi I.

Kemudian, pada 24 Januari 2023, CV Bandar Agung Abadi mencabut gugatannya ke WSKT dengan persetujuan kedua belah piak untuk menyelesaikan pelunasan utang tersebut di luar jalur pengadilan.

Teranyar, WSKT kembali kena gugatan PKPU oleh PT Megah Bangun Baja Semesta yang menjadi vendor proyek pembangunan Terminal Bandara Internasional Minangkabau, Terminal Bandara Depati Amir Tahap I, dan renovasi Waskita Rajawali Tower.

Melansir keterbukaan informasi, pihak WSKT telah menerima surat dari Pengadilan Negeri jakarta perihal panggilan terkait sidang perkara tersebut pada Selasa (21/2) lalu.

“Gugatan permohonan PKPU tersebut terkait permintaan pelunasan utang senilai Rp2,93 miliar dari PT Megah Bangun Baja Semesta,” tulis President Director WSKT, Destiawan Soewardjono dalam keterangan, dikutip dari keterbukaan informasi.

Di sisi lain, melansir dari laporan keuangan perusahaan, WSKT tengah menanggung kewajiban atau liabilitas, termasuk utang, jumbo sepanjang 9 bulan 2022.

Pada periode tersebut, liabilitas BUMN karya ini mencapai Rp82,40 triliun, mengungguli emiten-emiten BUMN Karya lainnya, seperti PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) hingga PT Adhi Karya Tbk (ADHI).

Sebagaimana dilaporkan dalam laporan keuangannya, sejumlah emiten BUMN karya memang menanggung liabilitas yang membengkak pada 9 bulan 2022.

Adapun, total liabilitas WIKA di periode ini mencapai Rp56,76 triliun. Sedangkan, liabilitas PT PP Tbk (PTPP) dan ADHI masing-masing mencapai Rp43,43 triliun dan Rp31,58 triliun pada 9 bulan 2022.

Meningkatnya utang perusahaan pelat merah tersebut didorong oleh proyek pembangunan infrastruktur besar-besaran di Tanah Air yang terdampak pandemi Covid-19.

Sementara, dalam data Proyek Utama Infrastruktur (KPD) disebutkan, lebih dari 50 persen pekerjaan konstruksi yang tengah digarap pemerintah diberikan kepada emiten konstruksi BUMN seperti WIKA, ADHI, WSKT, dan PTPP.

Ini berdampak terhadap jumlah utang emiten-emiten ini yang terus bertambah dalam jumlah besar sehingga terancam mengalami kesulitan keuangan di tengah kondisi pandemi.

Padahal, ditundanya pelaksanaan proyek dan gangguan arus kas berpotensi menimbulkan masalah bagi emiten ini.

Di samping itu, melambungnya utang emiten tentunya berdampak pada tingginya debt to equity ratio atau DER emiten BUMN karya. DER merupakan rasio utang dibandingkan dengan ekuitas.

Adapun, WSKT memiliki rasio DER paling tinggi dibanding emiten BUMN karya lainnya. Per Kamis (23/2), rasio DER dari WSKT mencapai 953,59 persen.

Angka tersebut jauh lebih tinggi bila dibandingkan BUMN karya lainnya, seperti ADHI yang angka DERnya berada di 552,65 persen dan WIKA serta PTPP yang masing-masing DERnya sebesar 435,95 persen dan 392,91 persen.

Dalam aturan umum, DER di atas 2,0 atau 200 persen mengindikasikan tingginya risiko suatu perusahaan, lantaran rasio utang sudah jauh di atas ekuitas perusahaan.

Di tengah lonjakan utang tersebut, BUMN karya, termasuk WSKT juga ikut terlibat dalam pembangunan Ibu Kota Negara atau IKN.

Dalam proyek tersebut, WSKT memenangkan kontrak proyek Jalan Tol IKN Segmen Simpang Tempadung – Jembatan Pulau Balang serta pembangunan Jalan Logistik IKN di Kawasan Inti Pusat Pemerintah (KIPP) Paket Pembangunan Jalan Lingkar Sepaku Segmen 4.

Selain itu, WSKT juga memegang proyek pembangunan Gedung Sekretariat Presiden dan bangunan pendukung di Kawasan Istana Kepresidenan IKN.

Bank Negara Jadi Peminjam Utama BUMN Karya

Selain mencatatkan utang jumbo, emiten BUMN karya juga memiliki jumlah utang yang tinggi dengan pihak perbankan.

Tercatat, WSKT menanggung utang bank dengan jumlah paling banyak dibanding emiten BUMN karya lainnya.

Melansir laporan emiten pada 9 bulan 2022, utang bank jangka pendek WSKT mencapai Rp143,75 miliar. Bahkan, utang bank jangka panjangnya membengkak hingga Rp47,25 triliun di periode ini.

Menyusul WSKT, utang bank jangka pendek dari ADHI di 9 bulan 2022 mencapai Rp4,10 triliun. Sementara, utang bank jangka panjang emiten ini sebesar Rp875,63 miliar.

Selain itu, dua emiten BUMN Karya lainnya, WIKA dan PTPP juga sama-sama menanggung utang bank dengan jumlah triliunan rupiah.

Sebagaimana disebutkan dalam laporan keuangannya, utang bank jangka panjang dan jangka pendek yang ditanggung oleh WIKA selama 9 bulan 2022 masing-masing mencapai Rp16,67 triliun dan Rp5,28 triliun.

Sementara, utang bank jangka panjang dan jangka pendek yang dicatatkan oleh PTPP di periode yang sama mencapai Rp9 triliun dan Rp3,67 triliun. (Lihat grafik di bawah ini.)

Setidaknya, terdapat sejumlah bank milik negara yang tercatat memberikan pinjaman terhadap emiten BUMN Karya.

Bank tersebut di antaranya adalah PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN), hingga PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS).

Adapun, WSKT menerima pinjaman dari bank-bank BUMN, yaitu dari BBNI, BMRI, BBRI dan BRIS yang digunakan oleh induk perusahaan.

Melansir laporan keuangan emiten hingga 30 September 2022, BBNI dan BMRI memberikan pinjaman masing-masing sejumlah Rp8,55 triliun dan Rp8,14 triliun kepada WSKT.

Sedangkan, pinjaman dari BBRI dan BRIS kepada WSKT masing-masing sebesar Rp4,03 triliun dan Rp2,06 triliun di periode ini.

Sementara, BBTN juga memberikan pinjaman kepada WSKT untuk anak usahanya, yaitu PT Waskita Karya Realty sebesar Rp1,13 triliun pada 9 bulan 2022.

Selain itu, emiten BUMN lainnya, ADHI juga mendapatkan pinjaman dari sejumlah bank BUMN.

Tercatat, jumlah pinjaman dari BBNI dan BMRI untuk ADHI masing-masing sebesar Rp827,53 miliar dan Rp815,08 miliar.

Sementara, BBRI dan BBTN juga memberikan pinjaman kepada ADHI masing-masing sebesar Rp440,65 miliar dan Rp1,11 triliun.

Di samping itu, dua emiten BUMN karya lainnya, yaitu PTPP dan WIKA juga tercatat memiliki utang bank terhadap bank-bank yang disebutkan di atas. (Lihat tabel di bawah ini.)

Saham Downtrend Seiring Menanggung Utang Jumbo

Seiring dengan utang jumbo yang ditanggung perusahaan, emiten-emiten BUMN karya turut mencatatkan kinerja saham yang merosot sejak tahun 2020.

Padahal, saham BUMN karya sempat menjadi idola di tahun 2018 hingga 2019. WSKT misalnya, sahamnya pernah menyentuh Rp2.622/saham pada 2 Maret 2018 sebelum ambruk di Rp348/saham pada Rabu (15/2).

Sedangkan, pada periode 2 Maret 2018, saham PTPP juga menyentuh Rp3.120/saham. Namun demikian, pada saat ini, saham PTPP sudah ambles 73,97 persen menjadi Rp640/saham pada perdagangan Kamis (23/2).

Bernasib sama, saham ADHI sempat menyentuh Rp2.390/saham pada 2 Maret 2018. Akan tetapi, sahamnya saat ini sedang dalam down trend. (Lihat grafik di bawah ini.)

Melansir data Bursa Efek Indonesia (BEI) per Kamis (23/2), harga saham ADHI sudah anjlok 81,26 persen menjadi Rp448/saham.

Setali tiga uang, saham WIKA juga naik di tahun 2019. Pada 18 April 2019, saham WIKA menyentuh Rp2.420/saham. Kemudian, saham WIKA sudah merosot 73,97 persen menjadi Rp630/saham pada Kamis (23/2).

Sementara, secara year to date (YTD), saham emiten BUMN karya juga kompak terkontraksi.

Data BEI pada Kamis (23/2) mencatat, saham WIKA terkoreksi paling dalam, yakni mencapai 21,25 persen sepanjang 2023.

Sedangkan, saham PTPP dan ADHI juga turut ambles masing-masing hingga 10,49 persen dan 2,18 persen secara YTD.

Terakhir, data BEI pada penutupan Kamis (23/2) melaporkan, saham WSKT juga memerah di minus 3,33 persen secara YTD. (Lihat grafik di bawah ini.)

Informasi saja, saham WSKT terkena suspensi bursa di tengah utang perusahaan yang menggunung dan proses PKPU yang sedang dijalani oleh perusahaan.

Tercatat, sejak Kamis (16/2), Bursa Efek Indonesia (BEI) resmi melakukan penghentian sementara atau suspensi perdagangan saham WSKT.

Menurut SVP Corporate Secretary WSKT, Ermy Puspa Yunita, penghentian sementara perdagangan saham emiten BUMN karya tersebut dikarenakan penundaan pembayaran bunga Ke-15 Obligasi Berkelanjutan III Tahap IV Tahun 2019 Seri B.

Penundaan pembayaran utang senilai Rp2,3 triliun tersebut lantaran perusahaan melakukan equal treatment untuk semua pemilik utang, baik pemilik kredit kerja maupun obligasi.

"Penundaan pembayaran ini dikarenakan Perseroan akan melakukan equal treatment untuk semua pemilik utang, baik pemilik kredit kerja maupun obligasi," ungkap Ermy, jumat (17/2/2023).

Saat ini, WSKT tengah melakukan restrukturisasi yang tertuang dalam Master Restructuring Agreement (MRA) sekaligus melakukan peninjauan ulang terhadap implementasi MRA.

Periset: Melati Kristina

(ADF)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement