Menurut Vita, SIG merupakan satu-satunya perusahaan dari industri bahan bangunan yang berhasil masuk dalam indeks tersebut. Pada 2024, SIG juga berhasil mempertahankan peringkat ESG Risk Rating terbaik untuk kategori bahan bangunan di Asia Tenggara, dengan predikat Medium Risk dan skor 25,1 dari Morningstar Sustainalytics.
Angka ini jauh lebih baik dibandingkan rata-rata skor industri sejenis yang berada di kisaran 34,1 atau High Risk. Selain itu, SIG juga mencatat likuiditas saham yang baik dengan rasio free float sebesar 48,72%.
SIG memiliki Sustainability Roadmap 2030 sebagai panduan integrasi prinsip keberlanjutan dalam keseluruhan strategi bisnis.
Pada aspek lingkungan, SIG fokus pada penurunan emisi CO2 melalui pemanfaatan bahan baku dan bahan bakar alternatif dari limbah industri, biomassa, dan sampah kota yang diolah menjadi refuse-derived fuel (RDF).
"Selain itu, kami mengoptimalkan proses produksi dengan teknologi hydrogen injection dan efisiensi specific thermal energy consumption (STEC). Lalu kami juga telah mendorong pengembangan energi baru terbarukan melalui pemasangan panel surya dan penggunaan Pembangkit Listrik Tenaga Air untuk menggantikan sumber energi listrik di unit operasional," ujar Vita.