Manajemen BNI menjelaskan, di tengah lonjakan kasus positif Covid-19 yang sedang terjadi dan kembali menembus level di atas 10.000 kasus per hari sejak 17 Juni 2021, IHSG cenderung bergerak fluktuatif dan berdampak pada saham BNI yang mengalami penurunan signifikan mencapai -25.0 persen year to date ke level Rp4,630 per 30 Juni 2021.
Tekanan jual di pasar akibat sentimen Covid-19 tersebut membuat saham BNI undervalued dengan Price to Book Value (PBV) per 30 Juni 2021 sebesar 0.75x atau telah jauh berada di bawah rata-rata PBV selama 10 tahun yang sebesar 1.60x.
Mengenai aksi korporasi tersebut, manajemen BNI menganalisa dampak terhadap buyback saham tersebut, diantaranya, pendapatan Perseroan diperkirakan tidak menurun akibat pelaksanaan Pembelian Kembali saham; pembelian kembali saham diperkirakan mempunyai dampak minimal terhadap biaya pembiayaan Perseroan.
Kemudian, pembelian kembali saham akan menurunkan Aset dan Ekuitas Perseroan sebesar jumlah Pembelian Kembali Saham. Jika Perseroan menggunakan seluruh anggaran yang dicadangkan untuk Pembelian Kembali Saham tersebut sebesar jumlah maksimum, maka jumlah Aset dan Ekuitas akan berkurang sebanyak-banyaknya Rp1,7 triliun.
"Perseroan berkeyakinan bahwa pelaksanaan Pembelian Kembali Saham tidak akan memberikan dampak negatif yang material bagi kegiatan usaha dan pertumbuhan Perseroan, karena Perseroan pada saat ini memiliki modal dan cash flow yang cukup untuk
melakukan dan membiayai seluruh kegiatan usaha, kegiatan pengembangan usaha, kegiatan operasional serta Pembelian Kembali Saham," ucap manajemen BNI.