Sementara INCO berekspansi melalui Final Investment Decision (FID) untuk proyek fasilitas nikel Bahodopi. Emiten nikel ini juga menandatangani dokumen perjanjian Kerangka Kerjasama Proyek untuk Fasilitas Pengolahan Nikel Bahodopi dengan mitra lainnya yakni Taiyuan Iron & Steel (Grup) Co., Ltd (TISCO) dan Shandong Xinhai Technology Co., Ltd (Xinhai) pada tahun lalu.
Sedangkan, dikutip dalam riset Reliance Sekuritas yang diterbitkan pada Senin (14/11) bertajuk “Daily Insight”, INCO sedang menggandeng Zhejiang Huayou Cobalt Co., Ltd (Huayou) untuk memproses bijih nikel dari Blok Pomalaa di Kolaka, Sulawesi Tenggara.
“Proyek HPAL Blok Pomalaa diperkirakan akan menghasilkan 120 kiloton nikel yang menjadi bagian penting untuk mendukung ekosistem baterai kendaraan listrik,” tulis riset tersebut.
Sementara TINS juga merambah sektor nikel melalui anak usahanya, yakni PT TIM Nkel Sejahtera.
Selain emiten-emiten di atas, emiten penambang emas PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA) mengakuisisi perusahaan holding tambang nikel di Sulawesi dari PT Provident Capital Indonesia melalui anak usahanya yaitu PT Batutua Tambang Abadi (BTA).