Menurut studi China Chain Store & Franchise Association, sebanyak 486.000 toko bubble tea di negara tersebut memperkirakan peningkatan penjualan tahunan sebesar 40 persen pada tahun 2023, dengan pangsa pasar mencapai sekitar 145 miliar yuan.
Namun dengan rendahnya diferensiasi produk, persaingan antar pemain menjadi semakin ketat. Raksasa industri lainnya, ChaBaiDao, juga mengajukan permohonan IPO di Hong Kong beberapa bulan lalu.
“Saya pikir saat ini ada desakan besar untuk melakukan IPO, karena secara umum rantai ini telah berkembang secara agresif namun harus rela kehilangan uang untuk melakukannya. Siapa pun yang dapat melakukan IPO paling cepat dan mencapai posisi operasional yang stabil akan menjadi pemenang dalam jangka panjang,” kata direktur pelaksana di China Market Research Group, Ben Cavender.
Sebelumnya, Mixue sempat mengajukan permohonan untuk mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Shenzhen pada tahun 2022, dengan tujuan untuk mengumpulkan sekitar 6,5 miliar yuan (USD909,87 juta). Namun, langkah Mixue tersebut belum ada pengumuman resmi mengenai kemungkinan pencatatan tersebut.
Meski demikian, sentimen pasar terhadap jaringan bubble tea tidak terlalu optimis dikarenakan pemulihan ekonomi China pasca-Covis-19 yang secara keseluruhan mengecewakan, dan pengangguran kaum muda mencapai 21 persen sepanjang tahun lalu.