sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Dua Perusahaan Ini Sukses Jualan di RI tapi IPO di Hong Kong

Market news editor Maulina Ulfa - Riset
07/01/2024 16:00 WIB
Pengajuan IPO ini karena perusahaan-perusahaan di sektor yang tumbuh pesat ini berekspansi secara agresif di tengah persaingan yang ketat.
Dua Perusahaan Ini Sukses Jualan di RI tapi IPO di Hong Kong. (Foto MNC Media)
Dua Perusahaan Ini Sukses Jualan di RI tapi IPO di Hong Kong. (Foto MNC Media)

IDXChannel - Produsen bubble tea terkemuka China, Mixue Bingcheng dan Guming Holdings dikabarkan tengah mengajukan permohonan penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) di bursa Hong Kong.

Dilansir dari laman Reuters, Minggu (7/1/2023), pengajuan IPO ini karena perusahaan-perusahaan di sektor yang tumbuh pesat ini berekspansi secara agresif di tengah persaingan yang ketat.

Mixue Group dan Guming Holdings merupakan jaringan bubble tea terbesar pertama dan kedua di China berdasarkan jumlah toko pada 2023.

Mixue saat ini tercatat memiliki sekitar 36.000 toko dan berencana mengumpulkan USD500 juta hingga USD1 miliar dalam IPO-nya di Hong Kong. Sementara Guming Holdings kini memiliki 9.000 toko dan berencana mengumpulkan USD300 juta hingga USD500 juta.

Bisnis bubble tea adalah salah satu primadona di China di mana memiliki biaya operasional yang rendah. Melansir Statista, Mixue menjadi raja bubble tea di China dengan jumlah gerai di negara Tirai Bambu saja mencapai 23.487 per Februari 2023. (Lihat grafik di bawah ini.)


 
Menurut studi China Chain Store & Franchise Association, sebanyak 486.000 toko bubble tea di negara tersebut memperkirakan peningkatan penjualan tahunan sebesar 40 persen pada tahun 2023, dengan pangsa pasar mencapai sekitar 145 miliar yuan.

Namun dengan rendahnya diferensiasi produk, persaingan antar pemain menjadi semakin ketat. Raksasa industri lainnya, ChaBaiDao, juga mengajukan permohonan IPO di Hong Kong beberapa bulan lalu.

“Saya pikir saat ini ada desakan besar untuk melakukan IPO, karena secara umum rantai ini telah berkembang secara agresif namun harus rela kehilangan uang untuk melakukannya. Siapa pun yang dapat melakukan IPO paling cepat dan mencapai posisi operasional yang stabil akan menjadi pemenang dalam jangka panjang,” kata direktur pelaksana di China Market Research Group, Ben Cavender.

Sebelumnya, Mixue sempat mengajukan permohonan untuk mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Shenzhen pada tahun 2022, dengan tujuan untuk mengumpulkan sekitar 6,5 miliar yuan (USD909,87 juta). Namun, langkah Mixue tersebut belum ada pengumuman resmi mengenai kemungkinan pencatatan tersebut.

Meski demikian, sentimen pasar terhadap jaringan bubble tea tidak terlalu optimis dikarenakan pemulihan ekonomi China pasca-Covis-19 yang secara keseluruhan mengecewakan, dan pengangguran kaum muda mencapai 21 persen sepanjang tahun lalu.

Saham Nayuki (2150.HK), satu-satunya jaringan bubble tea yang diperdagangkan secara publik yang terdaftar di Bursa Efek Hong Kong, telah turun sekitar 80 persen sejak debutnya pada tahun 2021 di tengah kepercayaan konsumen yang tinggi.

“Mereka (Mixue) sangat kuat dalam pengendalian biaya, namun merek mereka juga sangat kuat. Logo manusia salju mereka ada di mana-mana. Mereka melakukannya dengan sangat baik dalam membangun bisnis dengan skala global,” kata Jason Yu, Managing Director firma riset pasar di Kantar Worldpanel China.

Susul J&T

Sebelumnya, J&T Global Express Ltd juga melantai di Bursa Efek Hong Kong pada Jumat (27/10/2023). Debut perdana J&T dibuka di Bursa Efek Hong Kong pada harga HKD12 per saham. 

Namun, di hari pertama perdagangan, saham J&T diperdagangkan cenderung datar dibandingkan dengan harga penawaran umum perdana. Sahamnya langsung turun ke HKD11,9.

Perusahaan mengumpulkan dana bersih sebesar HKD3,52 miliar atau setara USD450,2 juta dari proses penawaran saham perdana. 

J&T Global akan mengantongi dana hingga HKD567,2 juta jika opsi penjatahan keseluruhan dilaksanakan sepenuhnya atau untuk sekitar 49 juta saham untuk memenuhi permintaan investor global.

Mengutip South China Morning Post, Kamis (26/10/2023), J&T Global Express, dapat mengumpulkan dana sebanyak HKD4,1 miliar (setara USD520 juta) dari penawaran umum perdana setelah mengalami kelebihan permintaan atau oversubscribed.

Menurut laporan manajemen, perusahaan menerima permohonan sebesar 1,4 kali lipat dari saham yang disisihkan untuk pembeli lokal, dan sebesar 1,9 kali lipat dari saham yang dicadangkan untuk pembeli luar negeri. Saham tersebut akan mulai diperdagangkan di Hong Kong dengan kode saham 1519.

Perusahaan kurir berbasis China ini berisiko tersandung masalah hukum karena disinyalir melanggar aturan investasi yang berlaku di Indonesia.

Ini karena ketidaksesuaian prospektus di mana pihak J&T Global Express sebelumnya mengakui tidak memiliki saham apapun di Indonesia.

Sebagai informasi, pemerintah Indonesia mengatur batas kepemilikan asing maksimal 49 persen pada sektor logistik karena dianggap sebagai salah satu industri strategis.

Pemerintah Indonesia memang terus mendorong masuknya investasi asing sebagai bagian dari upaya mengembangkan ekonomi nasional dan perindustrian Tanah Air. Meski demikian, kehadiran investor asing dibatasi oleh aturan-aturan hukum tertentu.
Dalam hal ini, investor asing yang akan berinvestasi di Indonesia wajib mendirikan badan usaha dalam bentuk Perseroan Terbatas alias PT.

Dalam prospektus yang beredar, manajemen J&T Global Express menyebutkan telah mengendalikan J&T Indonesia melalui klausul atau perjanjian yang mengikat tanpa harus memiliki satu lembar saham pun alias dikenal dengan istilah nominee investment.

Praktik pinjam nama (nominee agreement) dalam bentuk nominee shareholders dilarang berdasarkan Pasal 33 ayat (1) UU Penanaman Modal dan Pasal 48 Ayat (1) UU Perseroan Terbatas. Pendirian PT pun disyaratkan harus melalui sebuah perjanjian dalam bentuk akta notaris.

Selain itu, berdasarkan Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, pendirian PT harus dilakukan oleh 2 (dua) orang atau lebih sebagai pemegang saham.

Sebagai informasi, J&T Global Express Ltd. adalah perseroan terbatas yang terdaftar di Cayman Island. Dalam prospektus IPO J&T Global Express Ltd. yang beredar, disebutkan bahwa mereka tidak memiliki selembar saham pun pada perusahaan PT Global Jet Express atau induk J&T yang beroperasi di Indonesia.

Sebelumnya, manajemen J&T Global Express Ltd. juga sempat menyebutkan dalam prospektus bahwa mereka dibatasi oleh UU yang mengatur kepemilikan asing di Indonesia.

Perusahaan ini diduga menjalankan perjanjian-perjanjian yang mempunyai kontrol terhadap kegiatan finansial dan operasional terhadap perusahan-perusahaan di Indonesia. Ini yang disebut sebagai entitas konsolidasi yang terafiliasi melalui perjanjian.

(YNA)

Halaman : 1 2 3 4 5 6
Advertisement
Advertisement