Hal ini mendorong komposisi CASA di antara DPK dan wholesale funding naik menjadi 40,68 persen, sementara setahun sebelumnya di 36,3 persen. Sebaliknya porsi deposito turun menjadi 47,35 persen dari setahun sebelumnya 51,16 persen. Begitu pula wholesale funding turun menjadi 11,37 persen dari sebelumnya 12,49 persen.
“Pendanaan dari CASA akan terus bertambah sehingga BBTN bisa menekan biaya dana dan meningkatkan NIM,” tulis riset tersebut.
Kiwoom memproyeksikan BBTN akan meraih pendapatan bunga sebesar Rp28,8 triliun untuk kinerja 2022, meningkat 12 persen secara year on year. Kiwoom pun percaya pendapatan bunga BBTN akan tetap tumbuh sekitar 10 persen menjadi Rp31,6 triliun pada 2023 mendatang.
“Selain itu, kami memproyeksi laba bersih BBTN Rp3 triliun pada 2022, meningkat 26 persen secara yoy dengan asumsi return on equity (ROE) sebesar 13 persen,” ujar Kiwoom dalam risetnya yang dirilis pekan lalu. Kiwoom pun memprediksi laba bersih BBTN pada 2023 menembus Rp3,5 triliun, naik 15 persen secara yoy dengan rasio ROE sebesar 11 persen.
Dengan optimisme terhadap kinerja BBTN di akhir tahun ini dan proyeksi pertumbuhan bisnis 2023, Kiwoom memberikan rekomendasi overweight untuk saham BBTN dengan target harga Rp2.030. Target harga tersebut merefleksikan price to earning ratio (PER) di angka 7,2x dan price to book value (PBV) 0,9x pada 2022.