Risiko geopolitik masih bisa mendukung harga minyak, kata mereka, tetapi lonjakan harga akibat peristiwa ini dipandang semakin kecil kemungkinannya.
JPMorgan mencatat bahwa kebijakan AS yang berpotensi menaikkan harga, seperti tekanan terhadap Iran dan Venezuela atau pembatasan ekspor minyak Rusia, kemungkinan akan menjadi prioritas kedua. Fokus utama presiden terpilih AS Donald Trump adalah menjaga harga energi tetap rendah.
Namun, tantangan terbesar datang dari surplus pasokan. JPMorgan memperkirakan kelebihan pasokan sebesar 1,2 juta barel per hari pada 2025 dan 0,9 juta barel per hari pada 2026.
Produksi non-OPEC+ diprediksi melonjak 1,8 juta barel per hari tahun depan, didorong oleh proyek skala besar di Brasil, Guyana, Senegal, dan Norwegia. (Aldo Fernando)