sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Harga Minyak Dunia Meroket ke USD82,5 per Barel, Tertinggi Sejak 2014

Market news editor Tim IDXChannel
06/10/2021 08:17 WIB
Harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Desember naik USD1,30 atau 1,6% menjadi USD82,56 per barel.
Harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Desember naik USD1,30 atau 1,6% menjadi USD82,56 per barel.  (Foto: MNC Media)
Harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Desember naik USD1,30 atau 1,6% menjadi USD82,56 per barel. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Harga minyak naik pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB). Harga minyak mentah AS pun mencapai level tertinggi sejak 2014 dan Brent naik ke level tertinggi dalam tiga tahun ini.

Naiknya harga minya setelah OPEC+ tetap pada rencana peningkatan produksinya daripada menaikkannya lebih lanjut.

Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman November naik USd1,31 atau 1,7% menjadi USD78,93 per barel. Selama sesi harga minyak WTI melonjak lebih dari 2,0% hingga menjadi USD79,48 dolar AS, terbesar dalam hampir tujuh tahun.

Harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Desember naik USD1,30 atau 1,6% menjadi USD82,56 per barel. Sebelumnya, Brent sempat mencapai level tertinggi tiga tahun di USD83,13 per barel.

OPEC+ sepakat mematuhi pakta Juli untuk tetap meningkatkan produksi sebesar 400.000 barel per hari (bph) setiap bulan hingga setidaknya April 2022, menghapus 5,8 juta barel per hari dari pengurangan produksi yang ada.

"Pasar menyadari kita akan kekurangan pasokan untuk beberapa bulan ke depan dan OPEC tampaknya senang dengan situasi itu," kata Analis Price Futures Group, Phil Flynn, dikutip dari Okezone, Rabu (6/10/2021).

Harga minyak telah melonjak lebih dari 50% tahun ini, menambah tekanan inflasi yang dikhawatirkan negara-negara konsumen minyak mentah seperti Amerika Serikat dan India akan menggagalkan pemulihan dari pandemi Covid-19.

Akhir bulan lalu, Komite Teknis Bersama OPEC+ (JTC) mengatakan pihaknya memperkirakan defisit pasokan 1,1 juta barel per hari tahun ini, yang bisa berubah menjadi surplus 1,4 juta barel per hari tahun depan.

Kelompok ini secara bertahap mengurangi rekor pengurangan produksi yang dibuat tahun lalu dan beberapa analis memperkirakan bahwa aliansi akan memperluas produksinya ke tingkat yang lebih besar untuk mengekang harga.(TIA)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement