Proyeksi bullish harga minyak waktu itu sempat membuat para analis optimis harga minyak menembus level resisten USD100 per barel.
“Kami terus melihat pasar mengalami defisit sepanjang kuartal keempat dan pelemahan harga memupus kemungkinan OPEC menghentikan kebijakan pengurangan pasokan,” kata analis National Australia Bank dalam sebuah catatan, Kamis (4/10).
Beberapa pandangan juga menilai harga minyak akan kesulitan untuk naik lebih tinggi mengingat prospek permintaan yang semakin tidak menentu.
“Reli harga minyak mentah selama tiga bulan ini dipicu oleh narasi dinamika pasokan yang lebih ketat dan kondisi ekonomi global yang tangguh, sehingga ada beberapa ketidaknyamanan bagi para pembeli akhir-akhir ini ketika faktor penariknya tidak terlalu menonjol seperti sebelumnya,” kata Yeap Jun Rong, ahli strategi pasar di IG.
Di dalam negeri, kinerja saham sejumlah emiten migas juga mengalami kontraksi dalam sepekan terakhir. Saham Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) menjelang penutupan perdagangan sore ini turun 5,67 persen. Dalam sepekan terakhir, saham MEDC sudah terkoreksi 19,15 persen.