Menurut data energi AS, Rusia merupakan produsen minyak mentah terbesar kedua di dunia setelah Negeri Paman Sam pada 2024.
Selain harga minyak yang melonjak, kontrak berjangka solar AS juga naik hampir 7 persen, mendorong selisih harga (crack spread) ke posisi tertinggi sejak Februari 2024—indikator marjin keuntungan kilang.
Analis Saxo Bank Ole Hansen mengatakan, sanksi AS membuat kilang di China dan India—dua pembeli utama minyak Rusia—harus mencari pemasok alternatif agar tidak terblokir dari sistem perbankan Barat.
Sejumlah sumber perdagangan mengatakan kepada Reuters bahwa perusahaan minyak milik negara China telah menangguhkan pembelian minyak Rusia yang dikirim lewat laut dari dua perusahaan yang kini masuk daftar sanksi AS, sehingga turut mendorong kenaikan harga.
Menteri Perminyakan Kuwait menyatakan, Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) siap menambah produksi untuk menutup potensi kekurangan pasokan di pasar.