Pada hari yang sama, Morgan Stanley menaikkan proyeksi harga minyak Brent untuk paruh pertama 2026 menjadi USD60 per barel dari sebelumnya USD57,50. Kenaikan ini didorong oleh keputusan OPEC+ untuk menunda peningkatan kuota produksi pada awal tahun depan serta perkembangan terbaru terkait aset minyak Rusia.
Bulan lalu, Badan Energi Internasional (IEA) memperkirakan pasar minyak global tahun depan mengalami surplus hingga 4 juta barel per hari. Namun, OPEC memperkirakan pasokan dan permintaan minyak global seimbang pada tahun tersebut.
Sejumlah pimpinan perusahaan minyak Eropa yang hadir dalam konferensi di Abu Dhabi mengingatkan agar tidak terlalu pesimistis terhadap prospek harga minyak.
Analis di RBC, bank asal Kanada, menilai Rusia masih menjadi faktor tak terduga bagi pasokan setelah sanksi Amerika Serikat terhadap produsen minyak Rosneft dan Lukoil, serta serangan terhadap infrastruktur energi negara itu.
Tekanan juga datang dari lemahnya sektor manufaktur di Asia pada Oktober, menurut survei bisnis yang dirilis Senin. Kawasan Asia merupakan konsumen minyak terbesar di dunia.