Kendati naik, harga kedua benchmark minyak saat ini sedang menuju penurunan mingguan ketiga berturut-turut, yang sebagian didorong oleh permintaan dolar AS yang kuat, yang membuat minyak lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang lainnya.
Pasar juga terguncang berkat prospek Badan Energi Internasional (IEA) yang pesimis atas permintaan minyak pada kuartal keempat karena menurunnya permintaan dari China.
"Fundamental minyak sebagian besar masih bearish karena prospek permintaan China tetap menjadi tanda tanya besar," kata analis OANDA Edward Moya dalam sebuah catatan.
(DES)