IDXChannel - Harga minyak masih melanjutkan penurunan pada perdagangan Asia Jumat (23/6/2023), setelah jatuh tajam di sesi sebelumnya karena kekhawatiran kenaikan suku bunga dan kondisi ekonomi yang memburuk.
Banyak analis menyebut, penurunan lanjutan ini menyebabkan hilangnya seluruh keuntungan reli minggu ini di pasar minyak. (Lihat grafik di bawah ini.)
Pergerakan Harga Minyak Jumat 23 Juni 2023
Harga minyak mentah sempat mengalami penurunan 4 persen per Kamis (22/6/2023) setelah Bank of England menaikkan suku bunga dengan margin yang lebih besar dari perkiraan.
Sementara, di waktu yang bersamaan, Ketua The Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell menegaskan kembali rencana bank sentral untuk menaikkan suku bunga lebih banyak ke depan
Minyak berjangka Brent turun 0,7 persen menjadi USD 73,62 per barel, sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate turun 1 persen kembali di level di bawah USD70 per bare menjadi USD68,81 per barel pada pukul 11.11 WIB. Kedua kontrak minyak berjangka ini kehilangan lebih dari 3 persen per minggu ini.
Suku Bunga hingga Penurunan Cadangan Minyak AS Jadi Fokus
Inflasi menjadi fokus setelah kenaikan suku bunga oleh Bank of England (BoE) mengguncang pasar minyak pada Kamis (22/6/2023).
Kenaikan suku bunga yang lebih besar dari perkiraan oleh BoE terjadi setelah data menunjukkan inflasi Inggris secara tak terduga terus naik hingga Mei. Tren tersebut kemungkinan akan membuati bank sentral Inggris tersebut lebih hawkish.
Dolar AS juga menguat pada Kamis (22/6/2023) setelah Jerome Powell dan anggota bank sentral lainnya mengatakan bahwa setidaknya dua kenaikan suku bunga diperlukan untuk mengendalikan tingkat inflasi yang tinggi di negara tersebut.
Komentar tersebut, ditambah dengan keputusan BoE yang mengejutkan, menimbulkan kekhawatiran pasar terkait kondisi ekonomi akan memburuk di tengah kenaikan suku bunga dan mengurangi permintaan minyak tahun ini.
Anggota The Fed, James Bullard, Ralph Bostic dan Loretta Mester juga akan berbicara pada Jumat ini dan berpotensi menawarkan lebih banyak isyarat untuk kenaikan suku bunga AS.
Pasar secara luas memperkirakan kenaikan setidaknya 25 basis poin oleh The Fed pada bulan Juli mendatang.
Kekhawatiran atas inflasi yang tinggi di seluruh dunia juga didorong oleh data inflasi Jepang yang lebih kuat dari perkiraan. Dengan indikator inflasi inti mencapai level tertinggi dalam 42 tahun.
Namun, pasar minyak masih dapat sedikit berharap dari penurunan persediaan AS, ditambah dengan permintaan bahan bakar yang kuat di negara tersebut.
Diketahui persediaan cadangan minyak AS menyusut dan menunjukkan permintaan bahan bakar paling kuat sejak Desember tahun lalu.
Data pada Kamis (22/6/2023) menunjukkan bahwa persediaan minyak mentah AS menyusut jauh lebih banyak dari yang diperkirakan dalam sepekan hingga 16 Juni kemarin.
Sementara total produk bahan bakar yang dipasok mencapai level tertinggi sejak Desember 2022.
Pembacaan menunjukkan bahwa permintaan bahan bakar AS memanas seiring dengan musim panas yang mendorong orang melakukan perjalanan dan membutuhkan lebih banyak bahan bakar. Kondisi ini berpotensi mendorong pasokan minyak yang lebih ketat dalam beberapa minggu mendatang.
Ditambah dengan Arab Saudi yang memproduksi minyak lebih rendah yang merupakan konsekuensi pemotongan oleh OPEC+ dapat memperketat pasokan minyak global tahun ini.
Namun, banyak perekonomian yang masih terjebak dalam inflasi hingga kemerosotan ekonomi menjadi kekhawatiran pasar bahwa akan mendorong permintaan yang memburuk. (ADF)