Akibatnya, ketika harga saham tersebut mengalami koreksi, mereka panik dan menjual dengan rugi.
Fenomena ini menunjukkan pentingnya literasi keuangan. Tanpa pemahaman dasar tentang apa itu saham, bagaimana cara kerja pasar modal, dan bagaimana cara menilai suatu perusahaan, generasi muda berisiko menjadi korban dari hype dan informasi yang menyesatkan.
"Literasi keuangan bukan hanya soal tahu cara beli saham. Ini mencakup pemahaman menyeluruh mengenai siklus keuangan dan investasi, mulai dari perencanaan keuangan, manajemen risiko, diversifikasi portofolio, pemantauan kinerja investasi, hingga kesadaran akan tujuan jangka panjang," ujar dia.
Pintor menegaskan, edukasi bisa datang dari berbagai sumber seperti buku, seminar, kursus daring, hingga komunitas investor. Namun yang paling penting adalah sikap kritis dan mau belajar secara terus menerus. Mengandalkan rekomendasi dari influencer tanpa mengecek kebenaran informasi sama saja seperti berjudi di pasar saham.