Berinvestasi bukan tentang cepat kaya, tetapi tentang membangun aset secara konsisten dan terencana. Dengan pemahaman yang benar, generasi muda bisa menjadi pioner dalam menciptakan ekosistem pasar modal yang lebih sehat, inklusif, dan berkelanjutan.
"Agar terhindar dari FOMO, kita harus meningkatkan literasi investasi dan memahami tujuan investasi. Kenali apakah tujuan investasi kita adalah untuk jangka pendek, menengah, atau panjang. Mulai dari produk yang sederhana, seperti reksa dana saham yang dibantu pengelolaannya oleh Manajer Investasi, sebelum berinvestasi saham secara individu. Jangan langsung percaya rekomendasi online, serta lakukan riset secara mandiri dan berkala," ujarnya.
Ikuti kelas atau webinar dari sumber resmi seperti BEI, OJK, atau institusi keuangan yang kredibel. Bangun portofolio yang terdiversifikasi dan jangan taruh seluruh uang kita pada satu saham atau satu instrumen saja. Gunakan 'uang dingin' hanya investasikan uang yang tidak akan dipakai dalam waktu dekat.
Catat dan evaluasi kinerja investasi. Ini membantu memperbaiki strategi ke depan. Investasi saham adalah salah satu cara terbaik untuk membangun kekayaan di masa depan, namun hanya jika dilakukan dengan sikap yang bijak dan diiringi dengan pengetahuan yang terus ditingkatkan.
"Generasi muda harus melangkah dari sekadar ikut-ikutan menuju pemahaman yang utuh tentang pasar modal. Dari FOMO ke literasi itulah transformasi yang dibutuhkan agar investasi benar-benar menjadi alat pemberdayaan finansial, bukan sekadar tren musiman," kata Pintor.
(Dhera Arizona)