Dia menilai, peningkatan kontribusi pendapatan berulang dari segmen infrastruktur, terutama energi dan layanan pengelolaan kawasan yang mencerminkan potensi pertumbuhan serta stabilitas ekosistem industri yang dibangun.
"Di saat yang sama, penjualan pemasaran yang tetap solid, baik di Cikarang maupun Kendal menunjukkan permintaan properti yang terus berlanjut. Memasuki akhir tahun 2025, kami akan terus berfokus untuk mendorong pertumbuhan basis pendapatan berulang, mengembangkan kawasan industri yang berkelanjutan, serta menciptakan nilai jangka panjang bagi para pemegang saham," kata Budianto.
Dari sisi profitabilitas, laba kotor naik 12 persen menjadi Rp1,47 triliun meski margin kotor turun dari 42 persen menjadi 40 persen. Penurunan margin disebabkan oleh peningkatan kontribusi pendapatan dari segmen Infrastruktur, yang memiliki margin lebih kecil dibandingkan segmen Pengembangan Lahan dan Properti.
Sementara itu, perseroan membukukan laba bersih Rp634,6 miliar, terkoreksi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp769,7 miliar. Di tengah pertumbuhan top line, kinerja laba bersih yang turun disebabkan beban keuangan dan beban pajak yang naik, sementara pendapatan lain-lain juga turun, terutama akibat kerugian kurs sebesar Rp102 miliar.
EBITDA Jababeka meningkat 8 persen menjadi Rp1,29 triliun. Pertumbuhan ini terutama didorong oleh kinerja yang lebih kuat pada segmen Infrastruktur dan peningkatan pendapatan berulang, serta penurunan beban penjualan dan administrasi di seluruh Grup.