Di samping itu, pendapatan usaha perseroan juga tercatat naik sebesar 188% menjadi USD666,48 juta atau setara Rp10,39 triliun, dari sebelumnya sebesar USD231,31 juta.
Berdasarkan laporan keuangan, segmen pertambangan batu bara mencatatkan pendapatan sebesar USD664,40 juta atau setara Rp10,36 triliun, dan pendapatan jasa lainnya tercatat sebesar USD3,55 juta atau setara Rp55,46 miliar, dengan eliminasi sebesar USD1,47 juta.
Dari sisi pengeluaran, beban pokok pendapatan ADMR naik 80% menjadi USD252 juta atau Rp3,92 triliun, dari sebelumnya sebesar USD139,62 juta. Hal ini utamanya disebabkan oleh kenaikan royalti akibat tingginya volume penjualan dan harga jual rata-rata.
Christian merinci, kenaikan volume pengupasan lapisan penutup dan produksi ADMR hingga kuartal III 2022, mendorong kenaikan biaya penambangan menjadi USD48 juta atau naik 52% dari periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar USD32 juta.