IDXChannel - Sebagai perusahaan polypropylene terbesar kedua di Indonesia, PT Polytama Propindo ke depannya akan meningkatkan kapasitas usahanya sebagai upaya untuk mengurangi ketergantungan kepada pasokan impor.
Perseroan akan menerbitkan instrumen pasar modal dalam bentuk Obligasi II PT Polytama Propindo Tahun 2021 sebanyak-banyaknya Rp400 miliar dan Sukuk Ijarah II PT Polytama Propindo Tahun 2021 sebanyak-banyaknya Rp300 miliar.
"Kedua instrumen tersebut akan digunakan untuk modal kerja, proyek granule dan pengadaan tangki propylene," ujar Direktur Utama PT Polytama Propindo Didik Susilo, Kamis (19/8/2021).
Obligasi II dan Sukuk Ijarah II masing-masing akan diterbitkan dalam Seri A dengan tenor 3 tahun dan seri B, dengan tenor 5 tahun. Obligasi dan Sukuk Ijarah masing-masing akan jatuh tempo pada 8 September 2024 untuk Seri A dan 8 September 2026 untuk Seri B.
Credit Guarantee & Investmen Facility, a trust fund of Asian Development Bank (CGIF) akan bertindak sebagai penanggung (guarantor) penuh atas seluruh bunga obligasi dan pokok obligasi, serta cicilan imbalan ijarah dan sisa imbalan ijarah yang wajib dibayar.
CGIF adalah lembaga dana perwalian (Trust Fund) dari Asian Development Bank dan dimiliki bersama oleh negara-negara ASEAN, Jepang, Republik Rakyat Cina dan Korea Selatan. CGIF memiliki fungsi utama sebagai pemberi jaminan kredit untuk penerbitan obligasi bermata uang lokal oleh emiten-emiten di wilayah ASEAN+3, termasuk Indonesia.
Dalam penerbitan obligasi tersebut, PT Polytama Propindo menunjuk PT Indo Premier dan PT Mandiri Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi dan Bank Mandiri sebagai wali amanat.
Perseroan yang mengusung merek dagang Masplene itu pada tahun 2020 membukukan pertumbuhan volume penjualan sebesar 10,1% (yoy) dan EBITDA sebesar USD19 juta. Perseroan juga mencatat pertumbuhan volume penjualan pada tahun 2019 dan 2018 masing-masing 9,6% dan 14,1%.
Dari sisi aset juga menunjukkan pertumbuhan. Pada tahun 2020 jumlah aset mencapai USD 197,27 juta, naik dari tahun 2019 sebesar USD 177,82 juta, sedangkan posisi per 31 Maret 2021 posisi aset mencapai USD 198,68 juta.
"Jumlah liabilitas pada tahun 2020 mencapai USD 145,522 juta naik dari USD141,212 juta dan posisi per 31 Maret 2021 sebesar USD 136,435 juta," papar dia.
Sedangkan jumlah ekuitas pada tahun 2020 mencapai USD 51,748 juta, naik dari tahun 2019 sebesar USD 36,607 juta, dan posisi 31 Maret 2021 sebesar USD62,248 juta.
Pada kinerja operasional, Perseroan pada tahun 2020 membukukan penjualan USD 240,132 juta, turun sedikit dibandingkan tahun 2019 sebesar USD 242,701 juta. Sedangkan penjualan per 31 Maret 2021 tercatat USD87,071 juta , naik dari USD 53,231 juta yang dicatat pada 31 Maret 2021 sebesar USD 53,231 juta.
"Sementara itu laba berjalan yang dicatat pada 31 Maret 2020 mencapai USD10,499 juta naik dibandingkan periode yang sama tahun 2020 sebesar USD 8,913 juta," tukasnya.
Dalam upaya melakukan substitusi impor, Pemerintah memiliki komitmen yang tinggi yang ditunjukkan dengan diterbitkananya Peraturan Pemerintah Nomor 66 tahun 2019 tentang Penambahan Penyertaan Modal Negara Indonesia ke dalam modal saham PT Tuban Petrochemical Industries (TPI), melaui Pertamina.
Sehingga TPI adalah entitas anak PT Pertamina. Sementara itu Perseroan adalah entitas anak TPI dan secara tidak langsung PT Polytama Propindo juga entitas anak Pertamina.
Dengan keterkaitan tersebut, akan terjadi sinergi dari berbagai sisi seperti efisiensi operasi dan rantai nilai antara Pertamina, TPI dan Perseroan. Kebijakan tersebut akan memantapkan posisi Perseroan untuk menjadi pendukung hilirisasi perusahaan induk yaitu PT Pertamina (Persero) pada industri petrokimia.
Produk perseroan yaitu polypropylene adalah produk petrokimia yang ramah lingkungan sehingga permintaan terus meningkat. Pada tahun 2019 kebutuhan polypropylene di Indonesia 1,78 juta ton dan diperkirakan tumbuh 5%. Namun karena pandemi covid-19, maka pada tahun 2020 mengalami pertumbuhan minus 11%.
Produk akhir polypropylene merupakan salah satu produk penopang kehidupan manusia, terutama pada kebutuhan kemasan makanan dan minuman. Prospek industri polypropylene masih sangat cerah dan masih dalam kategori sunrise product. Sebab polypropylene memiliki beragam jenis aplikasi produk, memiliki peluang terciptanya inovasi produk baru dan saat ini banyak berperan sebagai pengganti bahan baku produk plastik lainnya.
Dengan kekuatan dan kemampuan Perseroan dalam menghasilkan produk yang unggul dan berkualitas, diiringi dengan inovasi produk dan strategi pemasaran yang tepat, PT Polytama Propindo optimistis akan dapat meraih pasar yang lebih baik lagi.
(SANDY)