Realisasi investasi tersebut terdiri atas Penanaman Modal Asing (PMA) mencapai Rp184,4 triliun atau 50,4 persen dari total investasi kuartal IV 2023. Realisasi tersebut naik 5,3 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Namun, data yang optimis ini juga tak terlalu banyak mendongkrak kinerja rupiah.
Di Asia, Bank Rakyat China secara tak terduga memangkas rasio persyaratan cadangan (RRR) untuk bank-bank lokal, yang diperkirakan akan mengeluarkan hampir USD140 miliar likuiditas ke dalam perekonomian negeri Tirai Bammbu, menentukan jumlah cadangan modal yang perlu dimiliki oleh bank-bank China, dan pemotongan tersebut kini akan memberikan lebih banyak likuiditas untuk disuntikkan ke dalam perekonomian.
Sementara Bank Indonesia pada pertemuan 16-17 Januari 2024 lalu memutuskan untuk mempertahankan BI-Rate sebesar 6 persen. BI juga terus mengupayakan agar rupiah dapat berkinerja lebih baik tahun ini.
“Ke depan, nilai tukar Rupiah akan tetap stabil dengan kecenderungan menguat didukung oleh meredanya ketidakpastian global, kecenderungan penurunan yield obligasi negara maju, dan menurunnya tekanan penguatan USD. Perkembangan nilai tukar Rupiah ke depan didukung oleh kebijakan stabilisasi BI serta penguatan strategi operasi moneter pro-market melalui optimalisasi instrumen SRBI, SVBI, dan SUVBI dalam rangka menarik aliran masuk portofolio asing dan pendalaman pasar uang,” tulis BI dalam rilisnya.
Di lain pihak, meski tertekan sepanjang tahun lalu, kinerja Yen Jepang sempat terapresiasi melampaui 148 per dolar. Kinerja Yen Jepang menjauh dari posisi terendah dalam dua bulan karena pernyataan terbaru Gubernur Bank of Japan (BOJ) Kazuo Ueda menghidupkan kembali spekulasi tentang kemungkinan perubahan dalam kebijakan moneter negara tersebut.