IDXChannel - Bisnis di sektor consumer goods diproyeksi akan masih lesu di tahun ini. Menurut Economists Intelligent Unit (EIU), inflasi yang masih terjadi di berbagai wilayah akan melemahkan sektor consumer goods pada 2023.
Namun, pertumbuhan nominal diproyeksi akan mencapai 6% secara global dan akan menutupi perlambatan pertumbuhan secara riil.
Nampaknya, 2022 menjadi tahun yang baik bagi salah satu perusahaan consumer goods terbesar global, Unilever.
Merilis laporan keuangan penuh 2022 yang baru saja dirilis, (9/2), laba operasional perusahaan ini naik 23,6% sebesar €10,8 miliar dibanding 2021. Sementara Laba bersih naik 24,9% sebesar €8,3 miliar dari tahun sebelumnya.
Dari sisi top line, turnover atau penjualan Unilever juga meningkat 14,5% menjadi €60,1 miliar. Jumlah ini merupakan gabungan dari seluruh unit bisnis yang terpecah di berbagai segmen seperti beauty and wellbeing, personal care, home care, nutrition, dan ice cream.
Peningkatan penjualan terbesar disumbang oleh segmen home care dengan pertumbuhan 11,8%. Sementara itu Diluted earnings per share juga meningkat 28,8%. (Lihat tabel di bawah ini.)
"Unilever menghasilkan pertumbuhan topline yang kuat selama satu tahun dalam kondisi ekonomi makro yang menantang. Pertumbuhan penjualan didorong oleh tindakan penetapan harga yang disiplin dalam menanggapi inflasi dan biaya input yang tinggi," kata Alan Jope, Direktur Eksekutif Unilever Global dikutip website resminya, Jumat (10/2).
Jope menambahkan, brand billion+ di wilayah Euro menyumbang 53% dari omset grup dan menghasilkan pertumbuhan penjualan sebesar 10,9%. Kontribusi ini didukung dari penjualan brand seperti OMO, Hellmann's, Rexona, Sunsilk dan Magnum.
Dalam presentasinya, Unilever global menyatakan berhati-hati menyeimbangkan pertumbuhan harga, volume, dan daya saing untuk melewati lingkungan inflasi dan biaya produksi yang tinggi pada 2022.
Unilever global juga menargetkan pertumbuhan penjualan dasar yang kuat pada 2023. Caranya dengan peningkatan kinerja volume dan daya saing.
Unilever global disebut juga akan terus menyesuaikan harga dan mendorong program penghematan biaya. Hal ini untuk memungkinkan perusahaan berinvestasi dan memberikan margin yang lebih baik.
“Kami perkirakan inflasi akan berlanjut di tahun 2023. Ekspektasi kami untuk net material inflation (NMI) pada paruh pertama 2023 adalah sekitar €1,5 miliar. Kami mengantisipasi NMI yang jauh lebih rendah di paruh kedua, dengan berbagai kemungkinan hasil. Pada paruh pertama, kenaikan harga pokok akan tetap tinggi, dan pertumbuhan volume akan negatif”
Volume penjualan diperkirakan akan meningkat seiring dengan melemahnya pertumbuhan harga, tetapi masih terlalu dini untuk mengatakan apakah volume akan menjadi positif di paruh kedua.
“Kami berharap tahun 2023 pertumbuhan penjualan yang mendasari setidaknya berada di atas kisaran pertumbuhan tahunan kami sebesar 3 – 5%,” imbuh laporan Unilever.