IDXChannel – Saham dengan kapitalisasi kecil seperti PT Puradelta Lestari Tbk (DMAS) masih menarik di mata investor walaupun memang, sektor kawasan industri sudah lama terlupakan.
Mengutip laporan CLSA yang diterbitkan pada Sabtu (4/2), DMAS masih menjadi favorit investor mengingat emiten ini masih konsisten menjadi pemimpin pasar di Jabodetabek serta sentimen naiknya harga jual tanah yang membuat saham ini semakin menarik beberapa tahun kedepan.
Adapun, menurut CLSA, DMAS akan menjadi pemimpin pasar dengan penjualan tanah rata-rata 70ha per tahun dan mengungguli kompetitornya.
“Kami memproyeksikan 62,5 ha penjualan tanah yang layak pada 2023,” tulis riset tersebut.
Informasi saja, DMAs merupakan emiten yang bergerak di bidang lahan industri, perumahan, dan developer.
Melansir riset CLSA, penjualan tanah bagi industri data center menghasilkan pendapatan yang nyata bagi DMAS.
CLSA menyebutkan, sumber penjualan lahan teratas DMAS pada 9 bulan 2022 berasal dari Data Center Galaxis, Microsoft Operations Indonesia, dan STT GDC.
Sementara, pada tahun 2022, sebanyak 38ha penjualan lahan berasal dari tujuh perusahaan data center asing.
Dengan demikian, DMAS mengalami kenaikan harga jual yang berasal dari peningkatan margin kotor hingga 70 persen, dari 59 persen di 2021.
“Kami memperkirakan, margin kotor DMAS berada di 69 persen, sedangkan margin bersihnya sebesar 61 persen pada 2023," tulis CLSA.
Selain ‘kecipratan’ cuan dari sektor data center, perusahaan milik Sinarmas Grup ini juga memperoleh keuntungan dari perusahaan AC asal Jepang.
CLSA mengungkapkan, di tahun lalu perusahaan AC asal Jepang tersebut menyumbang penjualan lahan sebanyak 20ha dari total lahan sebesar 60ha.
Menurut catatan CLSA, dengan potensi pertumbuhan penanaman modal asing (foreign direct investment) yang kuat hingga 44 persen pada 2022, bisnis kawasan industri bisa kembali pulih dan bergairah meski sudah lama ditinggalkan.
Adapun, CLSA menyebutkan, Sulawesi Tengah menempati urutan teratas dalam daftar tujuan penanaman modal asing dengan peningkatan menjadi USD7,5 miliar. Diikuti oleh Maluku Utara, Jakata, dab Banten.
Dengan begitu, CLSA masih memberikan rating buy atau bei bagi perusahaan ini melihat potensi baik dari harga tanah yang semakin naik maupun kinerja keuangannya.
“Kami meningkatkan proyeksi pendapatan DMAS pada tahun 2022 hingga 2023 yang akan naik 6,8 persen hingga 12,1 persen,” tulis CLSA.
Di samping itu, dilihat dari sahamnya, DMAS masih mencatatkan performa harga saham yang menguat secara year to date (YTD).
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa (7/2), harga saham DMAS sepanjang 2023 bertumbuh hingga 6,29 persen.
Walaupun, dalam 3 tahun terakhir, saham ini turun signifikan sebesar 47,84 persen.
Periset: Melati Kristina
(ADF)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.