IDXChannel - Minyak mentah berjangka (futures) West Texas Intermediate (WTI) dan Brent kembali menguat pada perdagangan, Selasa (7/5/2024).
Harga minyak WTI naik 0,21 persen di level USD78,69 per barel dan minyak Brent terapresiasi 0,29 persen di level USD83,57 per barel pada pukul 09.02 WIB.
Ini menjadi kenaikan harga minya dua hari beruntun. Sesi sebelumnya, harga minyak ditutup naik 0,42 persen untuk Brent dan kenaikan 0,63 persen untuk minyak WTI.
Di pekan sebelumnya, harga minyak ditutup anjlok 1,22 persen dan 1,02 persen pada perdagangan Jumat (3/5), seiring data terbaru ekonomi Amerika Serikat (AS) dan memudarnya risiko konflik Timur Tengah.
Minyak mentah berjangka WTI menjadi sekitar USD77,9 per barel dan minyak Brent di level USD82,8 per barel pada Jumat.
Namun dalam sepekan, harga minyak mentah berjangka WTI dan Brent masih mengalami tekanan.
Pekan lalu, kedua kontrak berjangka tersebut membukukan penurunan mingguan tertajam dalam tiga bulan karena investor mempertimbangkan lemahnya data pekerjaan Amerika Serikat (AS) dan sinyal penurunan suku bunga The Federal Reserve (The Fed).
Minyak mentah berjangka WTI dan Brent menguat memperpanjang kenaikan dari sesi sebelumnya karena perundingan gencatan senjata antara Israel dan Hamas tampaknya terhenti. Israel juga terus melanjutkan serangan di kota Rafah di Gaza selatan setelah sebelumnya memberi instruksi untuk mengosongkan kota tersebut.
Pada Senin, Hamas menyetujui proposal gencatan senjata yang diajukan oleh mediator, namun Israel mengatakan persyaratan tersebut tidak memenuhi tuntutannya.
Sebelumnya, konflik yang sedang berlangsung di Timur Tengah telah mendukung harga minyak di tengah kekhawatiran bahwa hal tersebut dapat mengganggu pasokan minyak mentah dari wilayah tersebut.
Dari sisi permintaan, Arab Saudi menaikkan harga jual resmi minyak mentahnya yang dijual ke Asia, Eropa Barat Laut, dan Mediterania pada Juni karena prospek permintaan yang kuat pada musim panas ini.
Sementara Arab Saudi dilaporkan menaikkan harga jual resmi (OSP) untuk minyak mentah yang dijual ke Asia, Eropa Barat Laut, dan Mediterania pada Juni, menandakan ekspektasi permintaan yang kuat pada musim panas ini.
"Setelah turun sedikit lebih dari 7,3 persen minggu lalu karena meredanya ketegangan geopolitik, minyak Brent memulai minggu perdagangan baru dengan pijakan yang lebih kuat, dibuka lebih tinggi," kata kepala riset komoditas ING Warren Patterson dalam sebuah catatan.
Hal ini terjadi setelah Arab Saudi menaikkan OSP bulan Juni untuk sebagian besar wilayah di tengah pengetatan pasokan pada kuartal ini.
Sementara itu, harga minyak masih bertahan mendekati posisi terendah dalam dua bulan karena investor tetap berharap bahwa resolusi perdamaian akan tercapai di Timur Tengah, sementara pasokan minyak mentah AS yang kuat terus membebani pasar.
Dari sisi permintaan, dua pekan sebelumnya, persediaan minyak mentah AS mencatat kenaikan yang tidak terduga, dengan American Petroleum Institute (API) melaporkan peningkatan sebesar 4,91 juta barel, sangat kontras dengan antisipasi penurunan sebesar 1,1 juta barel.
Peningkatan ini terjadi setelah laporan produksi minyak mentah AS melonjak menjadi 13,15 juta barel per hari pada Februari, naik dari 12,58 juta barel pada Januari, yang menunjukkan bahwa pasokan melebihi permintaan.
Badan Energi AS (EIA) juga telah memberikan perkiraan awal bahwa permintaan bensin AS turun 4,4 persen secara tahunan (yoy) pada April dan menjadi tanda negatif bagi kenaikan harga minyak. (ADF)