Namun, segmen tembaga Wetar justru menekan kinerja perseroan, dengan mencatatkan rugi sebelum pajak USD6,5 juta. Hal ini disebabkan oleh tingginya biaya kas yang mencapai USD6.100 per ton, melonjak 69 persen secara tahunan, serta penurunan volume penjualan tembaga yang hanya 2.900 ton, turun 31 persen dibanding kuartal sebelumnya.
Segmen nikel juga masih menghadapi hambatan sementara pada awal tahun ini. MBMA, entitas anak MDKA, membukukan rugi bersih USD3 juta.
Informasi saja, MBMA mayoritas dimiliki oleh MDKA sebagai pemegang saham pengendali melalui anak perusahaannya, PT Merdeka Energi Nusantara.
Hampir semua lini nikel mengalami tekanan margin akibat penurunan volume penjualan dan harga jual rata-rata. Segmen Nickel Pig Iron (NPI) yang menjadi penyumbang utama pendapatan mencatat penurunan margin kas sebesar 49 persen secara kuartalan menjadi USD800 per ton. Penurunan ini terjadi akibat pemeliharaan pabrik yang terjadwal, sehingga volume penjualan turun 16 persen.
Selain itu, segmen saprolite dan limonite juga mengalami penurunan signifikan dalam margin kas masing-masing menjadi USD1 per ton dan USD2 per ton, turun 83 persen dan 78 persen secara kuartalan. Penurunan ini terjadi seiring melambatnya aktivitas tambang akibat curah hujan yang tinggi.