Dalam riset yang dirilis 3 Juli 2025, Sucor Sekuritas mencatat, MBMA membukukan pendapatan USD366 juta pada kuartal pertama tahun ini, turun 18 persen secara tahunan dan 21 persen dibanding kuartal sebelumnya. Capaian tersebut sejalan dengan proyeksi analis, setara 24 persen dari target pendapatan setahun penuh.
Perseroan mencatat rugi bersih inti sebesar USD600 ribu, berbalik dari laba bersih USD4 juta pada kuartal sebelumnya. Penurunan ini terutama disebabkan oleh turunnya volume penjualan Nickel Pig Iron (NPI) akibat pemeliharaan pabrik terjadwal serta aktivitas tambang yang melambat.
Secara keseluruhan, MBMA mengalami penurunan margin di hampir semua lini bisnis pada awal tahun ini. Segmen NPI, yang menjadi kontributor utama pendapatan, mencatat penurunan margin kas sebesar 49 persen secara kuartalan menjadi USD800 per ton. Penyebab utamanya adalah penurunan volume penjualan sebesar 16 persen akibat pemeliharaan pabrik.
Segmen saprolite dan limonite juga mengalami tekanan signifikan. Masing-masing mencatat margin kas hanya USD1 per ton dan USD2 per ton, turun tajam sebesar 83 persen dan 78 persen secara kuartalan. Penurunan ini disebabkan aktivitas pertambangan yang lebih lambat akibat curah hujan tinggi pada periode tersebut.
Meski demikian, MBMA mencatat kemajuan di bisnis High Pressure Acid Leach (HPAL). Setelah memperoleh izin usaha industri (IUI), ESG HPAL—entitas patungan yang 27 persen sahamnya dimiliki MBMA—memproduksi 4.569 ton nikel dalam bentuk Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) dan menjual 2.184 ton pada Maret 2025 dengan harga jual rata-rata USD12.149 per ton. Biaya kas produksi tercatat sebesar USD9.874 per ton setelah kredit kobalt.