Harga minyak telah naik hampir 10 persen sejak serangan 1 Oktober, karena para trader khawatir perang yang meluas di Timur Tengah dapat mengancam pasokan dari Teluk Persia, yang menyumbang hampir sepertiga produksi global.
Menurut catatan Oilprice.com, sebelumnya, harga minyak tetap relatif stabil meskipun krisis di Timur Tengah meletus setelah serangan Hamas pada Israel pada Oktober 2023. Namun, dengan OPEC yang memiliki cadangan produksi minyak sekitar 5 juta barel per hari, dampak potensial dari gangguan pasokan masih bisa dikendalikan.
Jika konflik meningkat, dan proksi Iran menargetkan infrastruktur minyak di negara-negara tetangga, atau jika Iran memblokir Selat Hormuz, harga minyak bisa melonjak ke level tiga digit, meskipun risiko ini dinilai rendah oleh para analis.
Kendati Iran menyumbang sekitar 3,5 juta barel per hari, OPEC memiliki kapasitas yang cukup untuk menutup kekurangan tersebut. Saudi dan UAE dapat meningkatkan produksi mereka untuk mengimbangi gangguan pasokan.
Beberapa analis memperkirakan bahwa jika infrastruktur minyak Iran diserang, harga minyak Brent dapat naik di atas USD80 per barel. Namun, tanpa gangguan besar, harga dapat turun kembali ke sekitar USD70 per barel.