Blue chip pilihan DBS lainnya adalah emiten consumer goods milik Grup Salim INDF. Ini karena, mengutip Tim DBS Research, “sebagai perusahaan makanan, strategi inti Indofood adalah memproduksi produk makanan pokok yang cenderung lebih tangguh selama perlambatan ekonomi dan kenaikan inflasi.”
Selain itu, kata DBS, konsumsi masyarakat Indonesia kembali normal tahun ini, “yang akan meningkatkan permintaan, terutama selama musim perayaan.”
TP untuk INDF berada di Rp8.800/saham, atau potensi upside 43,67 persen dari harga penutupan Selasa (21/3) yang berada di Rp6.125/saham.
Lebih lanjut, untuk saham yang rajin bagi dividen, DBS memilih saham Grup Salim lainnya, emiten perkebunan LSIP dengan TP Rp1.500/saham (upside 49,25 persen).
DBS menyebut, LSIP sedang dalam siklus produksi yang matang dan prima. Perkebunannya saat ini berada dalam periode produksi yang stabil, “yang membawa beberapa keuntungan, termasuk biaya per hektar yang stabil.”