Imam menambahkan, ada sejumlah faktor yang memengaruhi perdagangan selama satu pekan terakhir. Pertama, Hawkishnya Bank of Japan.
Bank of Japan secara mengejutkan menaikkan suku bunganya sebesar 15 bps dari sebelumnya berapa di level 0,1 persen, naik ke 0,25 persen pada akhir Juli 2024 kemarin.
Sebelumnya, pada bulan Maret, Bank of Japan sebenarnya sudah menaikkan suku bunganya dari yang sebelumnya ada di level -0,1 persen menjadi 0,1 persen.
"Kenaikan suku bunga ini memberikan efek domino bagi ekonomi Jepang. Kita dapat melihat bagaimana dampaknya pada Nikkei 225 dan TOPIX yang mengalami koreksi lebih dari 12 persen," ujar Imam.
Efek domino yang pertama adanya penguatan pada JPY yang membuat ekonomi Jepang dapat tertekan, seperti jasa pariwisata, di mana biaya bepergian ke Jepang tentu akan terasa lebih mahal.
Hal ini berpotensi menurunkan sektor pariwisata Jepang. Selanjutnya sebagai negara pengekspor kendaraan dan elektronik, dengan adanya penguatan pada JPY, tentu juga bisa menjadi sentimen yang negatif pada sektor industri di Jepang.