Efek domino kedua, Jepang dengan mata uang JPY-nya, merupakan mata uang terfavorit bagi para carry trader. Carry trader meminjam uang di Jepang dengan suku bunganya yang sangat rendah, kemudian menginvestasikannya ke negara yang memiliki suku bunga tinggi.
Dari sini para carry trader bisa mendapatkan keuntungan dari selisih suku bunga di Jepang dengan suku bunga di negara tempat para carry trader berinvestasi.
"Hal ini berlaku dengan asumsi JPY bergerak stabil. Namun jika JPY menguat, tentu bisa berbeda cerita. Penguatan JPY akan menjadi boomerang bagi para carry trader. Mereka akan menjual asetnya karena adanya kekhawatiran JPY menguat lagi dan khawatir tidak dapat membayar kewajibannya," ujar Imam.
Imam menjelaskan, tindakan para carry trader mengakibatkan adanya efek domino ketiga, yaitu terkoreksinya bursa Wall Street. Wall Street kembali dihantui rasa khawatir dengan adanya carry trade ini dan menjual sahamnya.
Ada kemungkinan pelaku pasar khawatir para carry trader menempatkan uangnya dalam bentuk ekuitas atau saham untuk mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi.