Kedua, ekspansifnya ekonomi China. Ekonomi China sebagai negara mitra dagang terbesar di Indonesia mulai bergairah. Data neraca dagang China khususnya dari sisi impor tumbuh mencapai 7 persen (yoy).
Angka ini lebih baik dari periode sebelumnya di -2,3 persen dan lebih tinggi dari konsensus 3,5 persen. Inflasi China yang berada di level 0,5 persen (yoy), Angka tersebut lebih tinggi dari periode sebelumnya di level 0,2 (yoy) dan lebih tinggi dari konsensus di level 0,3 persem (yoy).
Walaupun masih jauh dari target di 2-3 persen (yoy), namun data ini dapat menunjukkan bahwa daya beli masyarakat mulai membaik.
Ketiga, data tenaga kerja AS yang membaik. Initial Jobless Claims Amerika Serikat dilaporkan turun ke level 233.000 atau lebih rendah dari konsensusnya yang berada pada level 240.000.
Sehingga kekhawatiran para pelaku pasar yang berspekulasi terjadi resesi cukup mereda. Hal ini juga didukung rilis nya data ISM Services PMI yang kembali ke level ekspansifnya di 51,4 poin, setelah sebelumnya sempat terkontraksi ke level 48,8 poin.