sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Permintaan Minyak Lesu, OPEC+ Tahan Produksi hingga Maret 2026

Market news editor Desi Angriani
01/12/2025 07:16 WIB
Koalisi negara pengekspor minyak dan sekutunya (OPEC+) memutuskan untuk menahan produksi minyak mentah hingga Maret 2026.
Permintaan Minyak Lesu, OPEC+ Tahan Produksi hingga Maret 2026 (Foto: dok WAM)
Permintaan Minyak Lesu, OPEC+ Tahan Produksi hingga Maret 2026 (Foto: dok WAM)

IDXChannel - Koalisi negara pengekspor minyak dan sekutunya (OPEC+) memutuskan untuk menahan produksi minyak mentah hingga Maret 2026. 

Keputusan tersebut diambil dalam rangkaian pertemuan virtual, termasuk rapat menteri dua tahunan yang digelar pada Minggu (30/11/2025) waktu setempat, di tengah ketidakpastian arah harga minyak global.

Dalam pernyataan resmi, OPEC+ menegaskan untuk menunda kenaikan produksi pada Januari, Februari, dan Maret 2026 mengikuti langkah kenaikan kecil yang dilakukan pada akhir 2025.

OPEC+ menyebutkan bahwa proyeksi permintaan musiman yang lebih rendah menjadi alasan utama mempertahankan kebijakan jeda produksi. 

Namun, keputusan tersebut juga tidak lepas dari kondisi eksternal yang menyelimuti pasar minyak dunia, termasuk langkah negosiasi terkait perang Rusia-Ukraina dan dinamika geopolitik yang lebih luas.

Pelaku pasar tengah menantikan sinyal baru dari upaya diplomatik yang dapat membuka jalan bagi kembalinya minyak Rusia ke pasar global, yang berpotensi mengubah peta pasokan secara signifikan.

“Rusia dan Ukraina masih berada dalam fase negosiasi damai yang sensitif dan bisa membentuk ulang pasar minyak. Sementara itu, ketegangan antara AS dan Venezuela masih meningkat tajam,” ujar analis Rystad Energy Jorge Leon dilansir AFP, Senin (1/12/2025) 

Jika ketegangan Rusia-Ukraina mereda, risiko geopolitik yang selama ini mendorong harga minyak akan berkurang. Namun bila negosiasi buntu, pasar akan kembali berfokus pada tekanan sanksi AS terhadap raksasa energi Rusia, Lukoil dan Rosneft.

Selain mempertahankan tingkat produksi, aliansi juga menyetujui mekanisme baru untuk menilai kapasitas produksi maksimum setiap negara anggota. Mekanisme ini akan menjadi acuan untuk penetapan baseline produksi tahun 2027, meski detailnya belum diungkap.

Menurut analis Homayoun Falakshahi Kpler, beberapa anggota berpendapat bahwa alokasi produksi saat ini tidak lagi mencerminkan kondisi investasi, potensi geologi, maupun kemampuan teknis terbaru di masing-masing negara.

Namun demikian, sejumlah analis menilai kesepakatan ini menyoroti masih adanya perbedaan pandangan internal. “Kelompok ini hanya mampu menyetujui mekanisme penilaian kapasitas tahun depan, yang menandakan masih ada tensi yang belum terselesaikan,” kata Leon.

Sejak April lalu, delapan anggota kunci OPEC+ telah meningkatkan produksi guna merebut kembali pangsa pasar, terutama menghadapi tekanan dari produsen non-OPEC seperti Amerika Serikat, Kanada, dan Guyana. Namun pada awal November, aliansi sepakat untuk menghentikan kenaikan lebih lanjut karena kekhawatiran potensi kelebihan pasokan.

OPEC+ akan kembali menggelar pertemuan tingkat menteri pada 7 Juni 2026, yang diprediksi menjadi momentum penting untuk menentukan arah produksi minyak global pada paruh kedua tahun tersebut.

(DESI ANGRIANI)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement