"Kami menghubungkan kelemahan harga WTI dengan berakhirnya kontrak Mei besok dan volume perdagangan rendah yang menyertainya," kata Giovanni Staunovo, seorang analis komoditas di UBS Global Wealth Management, kepada Xinhua pada Senin (20/4/2020).
Ditambahkan Giovanni, permintaan yang lebih lemah seiring pandemi Covid-19 dan potensi kelebihan pasokan merupakan masalah yang berat. Selain itu, ungkapnya, penurunan lebih banyak kontrak berjangka mencerminkan masalah yang lebih luas yang kita miliki di pasar minyak, yaitu kelebihan pasokan parah di kuartal kedua.
Permintaan minyak global diperkirakan turun dengan rekor 9,3 juta barel per hari tahun ke tahun pada 2020, Badan Energi Internasional (IEA) memperingatkan dalam laporan bulanannya yang baru dirilis.
"Dampak dari tindakan lockdown di 187 negara dan wilayah telah membuat mobilitas hampir terhenti," kata IEA. (*)