Samson menambahkan, obligasi pemerintah Indonesia adalah salah satu pilihan utama di Asia. Khususnya pada obligasi tenor lima tahun yang akan mendapatkan keuntungan lebih besar dari ekspektasi pelonggaran suku bunga jangka pendek.
Gustavo Medeiros, kepala penelitian makro global di Ashmore, mempertahankan posisi overweight pada obligasi Indonesia, dengan merekomendasikan kurva jangka panjang karena ekspektasi bahwa pasar tidak akan terlalu berfluktuasi dibandingkan negara-negara berkembang lainnya.
Meski demikian, premi yang ditawarkan oleh obligasi Indonesia bertenor 10 tahun dibandingkan obligasi pemerintah dengan jatuh tempo serupa di sejumlah negara berkembang telah menyusut hingga mendekati titik terendah tahun ini.
Kondisi ini mungkin membatasi sebagian permintaan asing terhadap utang rupiah. Obligasi di Amerika Latin, di mana bank sentral sudah mulai melakukan pelonggaran mungkin akan menjadi alternatif investor dalam jangka pendek.
“Minat asing tidak terdengar karena ada imbal hasil yang lebih baik yang ditawarkan di Brasil, Meksiko, dan Eropa Timur, serta prospek pergerakan kebijakan. Bank Indonesia telah menegaskan bahwa mereka tidak akan mengambil tindakan sampai The Fed menurunkan suku bunga, sehingga investor dapat mempertahankan posisi tersebut untuk saat ini,” kata Philip McNicholas, ahli strategi Asia di Robeco Group Singapura.