Selain itu, kata analis RHB, kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden (pilpres) Amerika Serikat (AS) turut memberikan dampak signifikan terhadap harga minyak nabati.
Dalam pemilu AS 2016 yang lalu, harga kedelai dan minyak sawit melonjak 17 persen dan 28 persen beberapa bulan menjelang pemilu, serta 10-11 persen pasca-pemilu, akibat kekhawatiran akan kebijakan tarif tinggi terhadap impor dari China.
Jika situasi serupa terjadi pada masa pemerintahan Trump 2.0, meski dampaknya mungkin sedikit berkurang, minyak sawit tetap berpotensi mendapat keuntungan.
Hal itu karena China yang sebelumnya bergeser dari ketergantungan pada minyak kedelai AS ke minyak sawit, yang mengakibatkan peningkatan impor minyak sawit dari 2018 hingga 2020.
Namun, meski pasar rentan terhadap spekulasi, RHB Sekuritas memprediksi harga CPO tidak akan turun di bawah MYR4.000 per ton dalam waktu dekat, seiring dengan tetap tingginya risiko geopolitik yang menjaga harga minyak mentah dan mendorong aktifnya spekulasi di pasar.