Ibrahim menambahkan, siklus kenaikan suku bunga agresif Fed dan ekspektasi tentang seberapa jauh suku bunga AS dapat naik telah menjadi pendorong besar kekuatan USD selama dua tahun terakhir, membuat mata uang lain tetap tertekan.
Pasar telah sepenuhnya memperhitungkan penurunan suku bunga bulan depan, dan melihat pelonggaran sekitar 100 basis poin pada akhir tahun.
"Dari sentimen domestik, Bank Indonesia (BI) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun ini berkisar 4,7 sampai dengan 5,5 persen. Angka ini tak beranjak jauh dari pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2024, yakni sebesar 5,05 persen secara tahunan (yoy)," ujar Ibrahim.
Guna untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi ini, pemerintah perlu meningkatkan konsumsi rumah tangga. Hal ini disebabkan telah berakhirnya faktor musiman, seperti hari besar keagamaan nasional (HBKN) dan dampak pelaksanaan pemilu pada semester I-2024.
Selain itu, Proyek Strategis Nasional (PSN) dapat meningkatkan investasi, khususnya investasi swasta. Kenaikan stimulus fiskal dari 2,3 persen menjadi 2,7 persen dari PDB diharapkan juga dapat secara efektif memberikan dampak pengganda terhadap perekonomian.