IDXChannel - Nilai tukar rupiah ditutup melemah 64,5 poin atau sekitar 0,39 persen ke level Rp16.749 per USD pada akhir perdagangan Kamis (25/9/2025).
Pengamat pasar uang Ibrahim Assuaibi menilai, pelemahan rupiah dipicu oleh meningkatnya ketegangan geopolitik di Eropa setelah Presiden AS Donald Trump dalam pidatonya di PBB menyampaikan nada lebih agresif terhadap Rusia.
Trump memperingatkan negara-negara Eropa agar menghentikan pembelian minyak Rusia, serta menyebut Washington tengah mempertimbangkan sanksi baru yang bisa menargetkan aliran energi.
“Meskipun belum ada langkah segera yang diumumkan, retorika tersebut meningkatkan risiko geopolitik di pasar, dengan kekhawatiran bahwa sanksi lebih keras dapat mengganggu ekspor Rusia atau memicu tindakan balasan pasokan,” tulis Ibrahim dalam risetnya, Kamis (25/9/2025).
Dari sisi kebijakan moneter global, Ketua The Fed Jerome Powell menegaskan, arah suku bunga AS masih bergantung pada data ekonomi. Powell menilai risiko terhadap lapangan kerja kini meningkat, meski tetap memperingatkan bahwa pelonggaran kebijakan terlalu agresif bisa memicu lonjakan inflasi kembali.
“Dengan kebijakan yang masih ketat, menahan suku bunga terlalu lama berisiko menekan lapangan kerja. Hal ini menunjukkan bias The Fed cenderung lebih dovish, meskipun langkah yang diambil tetap hati-hati,” tutur Ibrahim.
Dari dalam negeri, rencana DPR memasukkan RUU Pengampunan Pajak (tax amnesty) jilid 3 ke dalam Prolegnas 2026 ikut menjadi sorotan pasar.
Meski demikian, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menegaskan pemerintah tidak mendukung wacana tersebut. Dia menilai, program tax amnesty berulang justru berpotensi melemahkan kredibilitas penegakan pajak dan mendorong perilaku penghindaran pajak.
Dengan mempertimbangkan faktor eksternal dan domestik tersebut, Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif dalam rentang Rp16.740-Rp16.810 per USD pada perdagangan Jumat (26/9/2025).
(DESI ANGRIANI)