JARR mencatat penjualan Rp2 triliun, naik 18 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, terutama didorong kenaikan harga jual Fatty Acid Methyl Ester (FAME), Crude Glycerine, Palm Fatty Acid Distillate (PFAD), dan minyak goreng.
Rasio laba kotor juga meningkat menjadi 14,7 persen dari sebelumnya 10,2 persen seiring naiknya produksi CPO internal yang menekan biaya bahan baku. Kas dan setara kas naik menjadi Rp543 miliar berkat penerimaan pendanaan, termasuk restitusi pajak Rp307 miliar untuk tahun pajak 2023.
Piutang kepada Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) turun signifikan karena perubahan alokasi penyaluran FAME, sementara piutang ke PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) dan PT Andifa Perkasa Energi meningkat karena volume dan harga jual lebih tinggi.
Terkait pemberitaan kontrak Rp1,6 triliun dengan Pertamina Patra Niaga, manajemen menyebut kontrak tersebut berlaku Januari–Desember 2024 untuk distribusi di wilayah Wayame tanpa opsi perpanjangan otomatis.
Saham PT Pradiksi Gunatama Tbk (PGUN) juga melonjak, yakni mencapai 9,76 persen atau ARA khusus di papan FCA, diperdagangkan di level Rp6.750 per unit. Sama seperti JARR, PGUN juga menembus rekor ATH baru hari ini.