Proyeksi ini mengasumsikan kenaikan tarif cukai 5 persen dan penyesuaian harga jual (ASP) 3 persen. Menurut CGSI, setiap penurunan tarif cukai 1 persen dapat mendongkrak laba bersih HMSP hingga 8 persen. Sebaliknya, setiap kenaikan ASP 1 persen berpotensi menaikkan laba bersih 12 persen pada 2026.
CGSI juga memperkirakan program subsidi pemerintah yang lebih agresif pada paruh kedua 2025 akan menopang daya beli masyarakat. Kondisi ini memberi ruang bagi HMSP untuk melakukan penyesuaian harga yang lebih efektif.
Melihat prospek tersebut, CGSI menaikkan rekomendasi HMSP menjadi “Add” dengan target harga Rp620 per saham, berbasis valuasi 11 kali price-to earnings (P/E) ratio 2026, lebih tinggi dari sebelumnya 10 kali P/E. Valuasi saat ini disebut menarik karena berada di kisaran -2 standar deviasi dari rata-rata lima tahun terakhir.
Dalam kamus CGSI, rekomendasi “Add” berarti saham tersebut diperkirakan akan memberikan imbal hasil total lebih dari 10 persen dalam 12 bulan ke depan.
Namun, CGSI tetap mengingatkan potensi risiko seperti penjualan rokok yang lebih lemah dari perkiraan atau maraknya peredaran rokok ilegal yang dapat menekan kinerja HMSP. Meski demikian, momentum harga saham HMSP diperkirakan tetap solid hingga pengumuman resmi tarif cukai pada kuartal IV-2025.