IDXChannel - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pekan ini akan dihadapkan pada sentimen suku bunga Bank Indonesia (BI) hingga harga komoditas global.
Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Mino mengatakan, BI diprediksi akan kembali mempertahankan suku bunga acuan di level 5,75% seiring berlanjutnya penurunan inflasi domestik dan relatif stabilnya nilai tukar rupiah.
“Selain itu ada pula sentimen pertumbuhan kredit perbankan, dimana sejak Februari 2023 pertumbuhan kredit perbankan menunjukkan adanya tren penurunan dimana pada April lalu tercatat tumbuh 8.08% lebih rendah dari sebelumnya yang tumbuh 9,93%,” kata Mino dalam analisisnya, Senin (19/6/2023).
Data pertumbuhan kredit tersebut merupakan salah satu indikator dari prospek kinerja emiten di sektor keuangan. Sementara itu dari eksternal ada pidato sejumlah tokoh penting yang berpotensi memengaruhi market mulai dari Jerome Powell dan pejabat The Fed lainnya, Presiden Fed St. Louis Jim Bullard, Presiden Fed New York John C. Williams, Presiden Fed Bank of Chicago Austan D. Goolsbee, anggota Dewan Gubernur The Fed Christoper J. Waller hingga anggota Dewan Gubernur Michelle W. Bowman.
“Sentimen eksternal lainnya yang juga wajib diperhatikan yakni perkembangan harga komoditas,” ujar Mino.
Sementara itu sentimen negatif pada minggu lalu yang menghambat laju IHSG yakni turunnya penjualan ritel April, lebih rendahnya surplus neraca perdagangan Mei dan aksi jual investor asing.
Mino menjelaskan penjualan ritel April tercatat tumbuh 1,5% yoy lebih lambat dari bulan sebelumnya 4,9% yoy, namun merupakan kenaikan ketiga kalinya secara berturut-turut. Kinerja penjualan ritel yang tumbuh positif terjadi pada beberapa kelompok, terutama pada Kelompok Budaya dan Rekreasi, serta Subkelompok Sandang.
Terkait lebih rendahnya surplus neraca perdagangan Mei yakni turun menjadi USD0.44 miliar dari sebelumnya USD3.94 miliar. Surplus neraca perdagangan yang lebih rendah tersebut disebabkan pertumbuhan impor (14,35% yoy) yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekspor (0,96% yoy).
Sementara itu aksi jual investor asing pada minggu lalu, jual bersih mencapai sebesar Rp2.26 triliun lebih besar dari minggu sebelumnya yang net sell Rp0.34 triliun.
BBCA mencatatkan nilai jual bersih terbesar selama sepekan yaitu sebesar Rp614 miliar disusul TLKM Rp487 miliar, BMRI Rp349 miliar. Sementara itu dari awal tahun asing masing membukukan nilai beli bersih Rp13.36 triliun.
Dihadapkan pada data-data dan sentimen di atas Indo Premier merekomendasikan 19 saham investor pilih pada minggu ini hingga 23 Juni 2023 yakni BBRI (Support: 5.375, Resistance: 5.800), BMRI (Support:5.000, Resistance: 5.250), ADHI (Support: 402, Resistance: 488), WIKA (Support: 462, Resistance: 540), PTPP (Support: 550, Resistance: 630), ANTM (Support: 1.975, Resistance: 2.150).
Kemudian INCO (Support: 6.300, Resistance: 6.875), TINS (Support: 910, Resistance: 1.040), TKIM (Support: 5.900, Resistance: 6.675), INKP (Support: 7.400, Resistance: 8.500), AKRA(Support: 1.390, Resistance: 1.500), KLBF (Support: 2.050, Resistance: 2.150), ASII (Support: 6.675, Resistance: 5.025), ADRO (Support: 2.120, Resistance: 2.500), PTBA (Support: 3.390, Resistance: 4.240), SCMA (Support: 145, Resistance: 180), AALI (Support: 7.325, Resistance: 7.850), SIMP (Support: 396, Resistance: 418) dan LSIP (Support: 1.000, Resistance: 1.050).
(DES)