Sementara tanpa memasukkan proyek Tangerang, marketing sales kuartal-IV tetap tumbuh 5 persen qoq dan 62 persen yoy. Ini didukung penjualan atas proyek Quantum Shophouses di Serpong senilai Rp250 miliar, serta Centeria Square Shophouses dan Maple Park Landed Residential di Bogor yang menyumbang Rp155 miliar.
Komposisi produk SMRA pada 2024 didominasi oleh rumah tapak (landed house) yang berkontribusi 75 persen, diikuti oleh ruko (shophouses) sebesar 15 persen. Harga jual rata-rata selama 2024 tercatat Rp2,4 miliar. Dalam hal metode pembayaran, sekitar 53 persen konsumen SMRA menggunakan kredit pemilikan rumah (KPR), 27 persen dengan cicilan tunai, dan 20 persen dengan pembayaran tunai penuh.
BRI Danareksa memperkirakan SMRA mencatat marketing sales Rp4,54 triliun pada 2025, atau tumbuh 4,9 persen secara tahunan, sejalan dengan pertumbuhan rata-rata tahunan 2016-2024 sebesar 4,2 persen. Adapun laba per saham (EPS) 2025 diproyeksikan mencapai Rp51,6 per saham, lebih rendah dari estimasi full year 2024 sebesar Rp72,8 per saham.
Prospek Saham SMRA
Meskipun pencapaian 2024 tak sesuai target, BRI Danareksa mempertahankan rekomendasi Buy pada saham SMRA dengan target harga (TP) Rp800 per saham, yang mencerminkan diskon 79 persen terhadap nilai aset bersih (RNAV).
“Kami menyukai strategi harga SMRA di kisaran Rp1-5 miliar yang mampu memenuhi kebutuhan pasar end-user kelas menengah di Jabodetabek,” kata Ismail.