IDXChannel – Sebelum heboh kolapsnya Silicon Valley Bank (SVB), seorang pengamat pasar saham telah memprediksi bahwa SVB akan mengalami krisis karena rapuhnya fundamental hingga risiko yang ditanggung perusahaan sebagai pemberi pinjaman dana bagi startup teknologi.
Menurut pengamat pasar dengan nama akun CashFlow Hunter di media Seeking Alpha, SVB sedang mengalami masalah besar dari kerugian pada portofolio investasi perusahaan sebelum dinyatakan bangkrut. CashFlow Hunter menjelaskan, kerugian yang dilaporkan jumlahnya senilai dengan ekuitas perusahaan.
Selain itu, terdapat potensi kerugian dalam portofolio pinjaman yang sebanyak 21 persen di antaranya atau senilai USD70 miliar diberikan pada perusahaan early stage startup yang masih berada di tahap awal dalam memulai usahanya.
Sementara, dalam laporan yang ditulis pada 19 Desember tahun lalu, Seeking Alpha telah memprediksi bahwa kinerja SVB berada dalam kerapuhan karena risiko yang ditimbulkan oleh gelombang teknologi atau tech bubble.
Informasi saja, tech bubble adalah terjadinya pertumbuhan harga yang cepat dengan penilaian tinggi dari saham teknologi sehingga terlihat menguntungkan dalam jangka panjang, padahal tidak disertai dengan fundamental perusahaan yang baik sehingga justru merugikan bagi investor.
Selain menghadapi tech bubble, SVB juga mengalami kerugian yang belum direalisasi dalam portofolio pendapatan serta potensi kerugian dari portofolio pinjaman yang dapat menghapus nilai ekuitas buku.
“Masalah lainnya selain tech bubble adalah bahwa perusahaan saat ini hanya memiliki premi kecil untuk nilai buku dan kurang dari 8x pendapatan konsesus yang diproyeksikan hanya mencapai USD26,50,” tulis CashFlow Hunter, yang nama aslinya belum diketahui.
Perlambatan Kinerja Perusahaan
Sepanjang 2012 hingga 2021, SVB telah mendapatkan berkah dari sektor teknologi atau biotek dengan pertumbuhan simpanan dan pinjaman yang besar dari sektor perbankan komersial, layanan perbankan investasi, dan keuntungan portofolio investasi ekuitas dan penjaminan.
Namun demikian, berubahnya lanskap pendanaan menciptakan tantangan bagi SVB, terutama dari pengurangan dana simpanan tak berbunga (non-interest-bearing deposits) atau dana murah dibandingkan total presentase dari total simpanan.
Artinya, semakin tinggi persentase bunga, maka semakin tinggi biaya simpanan dan semakin rendah margin bunga bersih atau net interest margin (NIM).
Bahkan, pada awal Desember 2022 lalu, perusahaan ini telah menurunkan ekspektasi NIM pada kuartal IV-2022, dari 1,95 persen sampai 2,05 persen menjai 1,92 persen hingga 1,97 persen.