“PBV Bank Himbara lain sudah di atas 2x, BBTN baru 0,76x. Hanya soal waktu, PBV BBTN akan sejajar dengan para sejawatnya. Apalagi perolehan laba bersih terus meningkat dari waktu ke waktu dan fokus perusahaan di KPR bersubsidi,” tandas Arya.
Sedangkan fakta ketiga pelaksanaan rights issue BBTN, disebut Arya terkait dengan prospek bisnis yang dimiliki perusahaan BBTN. Arya menjelaskan, banyak yang mengkhawatirkan kredit properti akan melambat imbas kenaikan inflasi dan suku bunga tinggi.
“Soal inflasi dan suku bunga, memang demikian faktanya. Tapi dampak ke setiap bank, belum tentu sama. Apalagi soal kredit perumahan. Tidak bisa digeneralisasi, karena kondisi masing masing bank sangat berbeda,” ungkap Arya.
Misalnya saja, Arya mencontohkan, terkait dengan produk KPR. Arya optimistis permintaan KPR BTN akan tetap tumbuh karena target pasarnya adalah pemilik rumah pertama dan untuk ditinggali. Pasar tersebut diklaim Arya bukan tipe konsumen yang membeli rumah untuk investasi, ataupun untuk kepentingan spekulasi.
"Jumlah calon pemilik rumah pertama itu berlimpah, karena angka backlog masih sangat tinggi, terutama di golongan MBR (masyarakat berpenghasilan rendah). BBTN merupakan tulang punggung pemerintah dalam menyalurkan kredit bersubsidi ke segmen (MBR) itu," tegas Arya. (TSA)