“Pernyataan tersebut memberi tahu kita bahwa The Fed sedang melihat apa yang sudah mulai diabaikan oleh pasar, bahwa inflasi akan kembali normal tanpa resesi,” kata Tom Martin, manajer portofolio senior di Globalt Investments di Atlanta.
"Kami berharap hal ini akan terjadi, tapi kami tidak menyangka akan terjadi,” sambungnya.
Brad Bechtel, kepala valuta asing global di Jefferies di New York berpendapat, mata uang negara-negara berkembang (EM) di Asia “akan terus diperdagangkan dengan kuat. Namun kita akan melihat apakah bank sentral akan mendukung dolar di sana untuk mengurangi volatilitas,” katanya dikutip dari Bloomberg News, Kamis (14/12).
Bechtel menambahkan, won Korea, dolar Taiwan akan “mengalami reli paling besar” sementara rupee India, peso Filipina, dan yuan Tiongkok secara umum akan lebih mendapat dukungan, katanya.
Mirip dengan Becthel, Brendan McKenna, ahli strategi pasar berkembang di Wells Fargo di New York menjelaskan, sebagian besar negara-negara berkembang di Asia memiliki kinerja yang baik.