Spekulasi terhadap pemangkasan suku bunga semakin kuat setelah data inflasi konsumen terbaru menunjukkan tren pelemahan.
Sejak Fed memulai siklus kenaikan suku bunga pada 2022, inflasi memang cenderung melambat, meskipun masih berada di atas target tahunan 2 persen
"The Fed diharapkan mulai menggeser fokusnya dari mengatasi inflasi, menjadi mendukung pertumbuhan ekonomi," kata Pappalardo.
Menurut data dari LSEG, pelaku pasar kini memperkirakan hampir tiga kali pemangkasan suku bunga masing-masing sebesar 25 basis poin hingga akhir 2025. Saat ini, suku bunga acuan berada dalam rentang 4,25 persen - 4,5 persen.
Selain kebijakan The Fed, pasar juga dihantui oleh ketidakpastian seputar kebijakan tarif impor yang terus berkembang.
Presiden Donald Trump baru-baru ini mengancam akan mengenakan tarif 200 persen pada semua jenis anggur dan produk alkohol dari Eropa.
Langkah ini memicu respons dari Komisi Eropa, yang berencana memberlakukan tarif balasan senilai 28 miliar dolar AS terhadap produk-produk AS sebagai tanggapan atas tarif baja dan aluminium yang diterapkan sebelumnya.
Dinamika ini membuat pelaku pasar semakin waspada terhadap potensi dampak negatif pada laba korporasi dan harga konsumen.
Nathan Thooft, kepala investasi ekuitas dan multi-aset di Manulife Investment Management, menilai meskipun kebijakan Fed menjadi pusat perhatian dalam beberapa tahun terakhir, ketidakpastian terkait tarif kemungkinan akan menjadi faktor dominan yang mempengaruhi pasar dalam waktu dekat.
Di tengah ketidakpastian ini, sejumlah lembaga keuangan mulai memangkas proyeksi mereka terhadap bursa saham AS.
Goldman Sachs memotong target akhir tahun 2025 untuk S&P 500 dari 6.500 menjadi 6.200. Sementara itu, Yardeni Research juga menurunkan target "best-case scenario" mereka untuk indeks tersebut dari 7.000 menjadi 6.400.
(Nur Ichsan Yuniarto)