Meski begitu, India masih mengimpor sebagian besar bahan kimia dari China, dan karena ini India masih berusaha membuat lebih banyak dari dalam negeri. Perdana Menteri Narendra Modi telah memperjuangkan India sebagai "apotek dunia".
Keahlian tradisional India dalam membuat obat generik telah membantu menjadikannya produsen obat berbiaya rendah yang tangguh dan menjadi basis manufaktur global.
Hal ini didukung oleh sekitar 40% obat generik yang dijual di AS dan seperempat bagian di UK berasal dari India. Negara tersebut juga memasok sekitar dua pertiga obat anti-retroviral secara global untuk memerangi HIV.
Di luar AS, India memiliki jumlah pabrik pembuatan obat terbanyak, hingga mencapai 800, yang sesuai dengan persyaratan kesehatan dan keselamatan AS.
Namun pertumbuhan lebih dari 9% setiap tahun selama hampir satu dekade telah dikaburkan oleh tuduhan masalah kualitas dan regulasi yang lemah. Banyak yang percaya bahwa India selalu menjadi produksi obat palsu yang sebagian besar dijual di kota-kota kecil dan desa-desa.
Tetapi para analis mengatakan para dokter dan pasien mungkin menggabungkan obat-obatan di bawah standar dengan apa yang mereka anggap sebagai obat palsu. Laboratorium pengujian obat yang dikelola negara di banyak negara bagian kekurangan dana, kekurangan staf, dan tidak dilengkapi fasilitas yang memadai.
Analis bahkan menyebut pengawasan dan penegakan peraturan tidak terlalu jelas. Pada tahun 2014, regulator obat top India terkenal mengatakan kepada sebuah surat kabar: "Jika saya mengikuti standar AS, saya harus menutup hampir semua fasilitas obat."
Akibat dari obat-obatan yang mengandung DEG sejak 1972, telah lebih dari 70 orang meninggal dengan kebanyakan korban merupakan anak-anak dalam insiden keracunan.