sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Jadi Perhatian Dunia, Ini Penyebab Sirop Obat Batuk India Sebabkan Kematian

News editor Febrina Ratna
17/10/2022 21:05 WIB
Pemangku kepentingan di sektor kesehatan meningkatkan kewaspadaan terhadap sirop obat batuk untuk anak-anak yang diproduksi di India.
Jadi Perhatian Dunia, Ini Penyebab Sirop Obat Batuk India Sebabkan Kematian. (Foto: MNC Media)
Jadi Perhatian Dunia, Ini Penyebab Sirop Obat Batuk India Sebabkan Kematian. (Foto: MNC Media)

Pada tahun 2013, setelah penyelidikan selama tujuh tahun, pembuat obat top India Ranbaxy Laboratories diperintahkan untuk membayar rekor denda USD500 juta di AS, yang terbesar diserahkan kepada pembuat obat generik untuk pembuatan, penyimpanan, dan pengujian obat yang tidak tepat.

Penelitian oleh Dinesh Thakur, mantan eksekutif obat India yang berubah menjadi pakar kesehatan masyarakat, menemukan.bahwa antara tahun 2007 sampai 2020, tedapat lebih dari 7.500 obat yang diambil sampelnya hanya tiga dari 28 negara bagian dan tiga wilayah persatuan India telah gagal dalam uji kualitas dan telah dinyatakan sebagai obat "tidak berkualitas standar" atau lebih rendah.

Obat-obatan ini gagal dalam tes karena tidak memiliki cukup bahan kimia dan  kemampuan untuk larut dalam darah pasien atau ditemukan terkontaminasi.

Thakur, rekan penulis The Truth Pill, memiliki pandangan tajam tentang regulasi obat di India menyebutkan "Jumlah total pasien yang terkena obat inferior seperti itu mungkin mencapai ratusan ribu, mungkin jutaan selama dekade terakhir," ujarnya dilansir dari BBC pada Senin (17/10/2022).

Hal ini menandakan setiap sampel yang gagal biasanya mewakili sejumlah obat, yang pada gilirannya dapat mencapai ratusan ribu tablet, kapsul, dan suntikan.

Thakur juga khawatir kalau banyak perusahaan India tidak mengikuti "praktik manufaktur yang baik" atau GMP, istilah industri obat untuk merujuk pada pengujian untuk kontrol kualitas.

Dia percaya bahwa insiden terkait DEG telah terjadi di dalam negeri - dan sekarang di luar negeri - karena beberapa perusahaan sering gagal menguji bahan baku atau formulasi akhir sebelum mengirimkannya ke pasar.

"Mengingat banyaknya kualitas obat yang terdeteksi sebagai -bukan kualitas standar- selama dekade terakhir dari pasar terbuka, jelas bahwa sejumlah besar fasilitas manufaktur benar-benar mengabaikan prosedur kontrol kualitas dan proses yang membentuk inti dari 'praktik manufaktur yang baik'" kata Thakur.

Dari sisi lain, dokter mengatakan mereka sebagian besar mempercayai obat-obatan buatan India karena banyak pabrik obat India memang kelas dunia. Dr. Rahul Baxi, seorang ahli diabetologi yang berbasis di Mumbai, mengatakan kepada Soutik Biswas bahwa hanya sekali dalam beberapa tahun terakhir dia menjadi curiga tentang obat ketika kadar glukosa seorang pasien melonjak setelah dia beralih dari obat bermerek ke obat generik yang lebih murah.

Tetapi dia menduga bahwa mungkin ada obat palsu atau inferior yang dijual di kota-kota kecil dan desa-desa. "Banyak pasien saya yang berasal dari bagian India yang jauh membeli enam bulan obat yang diresepkan dari apotek di kota karena mereka mengatakan mereka tidak mempercayai obat-obatan yang tersedia di daerah mereka," kata dr. Baxi.

Setelah kematian anak-anak di Gambia, India mengklaim bahwa regulator federal mencari lebih lanjut bersama WHO tentang kausalitas kematian akibat sirop obat batuk yang diekspor.

Seorang juru bicara mengatakan kebijakannya memastikan bahwa "perusahaan obat harus memenuhi standar ketat FDA untuk memproduksi obat-obatan bagi pasien AS yang berkualitas tinggi, aman, dan efektif. 

Food and Drug Administration (FDA), yang mengatur produk medis di AS, telah memposting status inspeksi perusahaan yang memasok obat-obatan ke AS dan surat peringatan.

Seorang pemimpin industri farmasi yang meminta disembunyikan identitasnya, mengatakan bahwa meskipun beberapa negara memang memiliki standar kualitas yang sangat kaku, obat-obatan India benar-benar aman.

 "Kami tidak membela kecelakaan itu, tetapi ini adalah penyimpangan,” ujarnya.

Thakur mengatakan penyimpangan seharusnya hanya terjadi sekali. “Anda tidak bisa bermain-main dengan kehidupan orang,” tegasnya.

(FRI/Penulis: Ahmad Fajar)

Halaman : 1 2 3 Lihat Semua
Advertisement
Advertisement