P menambahkan, selama ini warga setempat kerap menerima bansos. Sebagai tanggung jawab dukuh, dia tentu membantu pengajuan hingga pencairan. Dia juga memperjuangkan warganya yang berhak agar mendapat bansos.
P mengaku, 31 tahun menjadi dukuh di Padukuhan tersebut, baru kali ini dia meminta dana sebagai 'bentuk perhatian' dari warganya. Namun uang tersebut belum sempat dipakai dan sudah dikembalikan semuanya kepada warga.
"Saya juga sudah mengakui bahwa itu kesalahan saya. Saya minta maaf," ucap lelaki itu.
Ayah tiga anak itu menambahkan, sudah legawa tak lagi menjadi Dukuh di tempat tinggalnya. P menilai, gejolak yang terjadi itu menunjukkan ada warga yang tidak suka kepada dirinya. Padahal P mengklaim selama menjadi orang nomor satu di Padukuhan, dirinya punya kompetensi.
"Saya ini memimpin dengan baik. Satu orang (yang tidak suka) ini. Kemudian memprovokasi warga, agar membawa saya ke Kalurahan. Padahal yang lain itu ikhlas saja memberikan uang Rp50 ribu," jelasnya.
Karena ada gejolak, dia mendatangi Kantor Kelurahan untuk mengundurkan diri, setelah didesak warganya. Saat berada di kantor kelurahan, P, dukuh yang dimaksud itu, berkenan menandatangani pernyataan akan mengundurkan diri.
"Ya karena warga meminta saya mundur, ya sudah saya mundur saja," ujar dia.
Kini, Padukuhan sedang mengalami kekosongan kepemimpinan dan masih berproses mencari pejabat pengganti. Namun dia masih harus menjalankan tugasnya yang belum selesai, membagikan undangan pembagian bantuan langsung tunai dana desa (BLT-DD).
"Ini, lihat. Saya tetap masih dimintakan tolong menyebarkan undangan," imbuhnya.
(FAY)